4 Tradisi Suku Dayak yang Belum Banyak Diketahui, Tiwah hingga Manajah Antang
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA Lifestyle – Suku Dayak adalah salah satu suku yang sudah lama mendiami Pulau Kalimantan. Suku Dayak sendiri termasuk ke dalam suku asli Kalimantan dan hingga saat ini jumlahnya masih cukup banyak.
Suku Dayak memiliki 268 sub-suku yang dibagi menjadi 6 rumpun yaitu Rumpun Punan, Rumpun Klemantan, Rumpun Apokayan, Rumpun Iban, Rumpun Murut, dan Rumpun Ot Danum.
Ciri khas Suku Dayak juga dapat diamati dari hasil budaya yang masih dapat ditemui hingga saat ini. Bentuk budaya tersebut meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa dan kepercayaan. Selain itu, suku yang terkenal akan tarian hudoq dan kancet papatai-nya ini juga memiliki tradisi yang tak kalah menarik untuk dibahas. Penasaran apa saja itu? Yuk scroll ke bawah
4 Kebiasaan Suku Dayak
1. Tiwah
Sepeti dikutip dari beberapa sumber. Tiwah merupakan upacara kematian Suku Dayak yang menganut Agama Hindu. Upacara ini merupakan golongan tradisi yang digelar selama 7-40 hari. Keperluan yang dibutuhkan berupa hewan kerbau atau sapi untuk dikurbankan, penyajian makanan untuk warga dan sesaji untuk roh leluhur. Tujuan dari upacara Tiwah ini adalah untuk mengantarkan roh jenazah bertemu dengan sang pencipta di Lewu Tatau (surga). Di awal upacara biasanya ada tarian adat Manganjan, pukulan gong dan Bukung.
2. Tutang
Suku Dayak mengenal tato dengan istilah tutang. Setiap motif tato memiliki makna mendalam yang erat kaitannya dengan kepercayaan pada leluhur. Masyarakat Suku Dayak yang akan membuat tato diharuskan menjalani ritual-ritual tertentu terlebih dahulu. Menurut kepercayaan Suku Dayak, tato ini akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju alam keabadian setelah kematian.
3. Telinga Aruu
Kebiasaan memanjangkan cuping telinga dilakukan oleh Suku Dayak untuk menunjukkan tingkatan sosial, selain itu, cuping telinga panjang juga menandakan bahwa orang tersebut berasal dari kalangan bangsawan. Proses pemanjangan cuping telinga dilakukan dengan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang atau berbentuk gasing, dimulai sejak bayi hingga dewasa.
4. Manajah Antang
Ketika akan menghadapi peperangan, masyarakat Suku Dayak bakal melakukan Upacara Manajah Antang untuk mencari keberadaan musuh. Dalam Upacara tersebut, sesepuh desa akan memanggil arwah leluhur melalui Burung Antang untuk memberitahukan lokasi musuh. Tak hanya untuk keperluan peperangan, upacara ini juga digunakan untuk mencari petunjuk lain.