5 Fakta Tradisi Seks Suku Kreung Kamboja, Wanita Dapat Seks dengan Banyak Pria
- Istimewa
VIVA Lifestyle – Kamboja adalah salah satu negara yang belum berada di jalur pariwisata sehingga negara ini mirip dengan permata tersembunyi yang belum diketahui banyak orang. Tapi, seiring berjalannya waktu, Kamboja semakin dilirik oleh para wisatawan dunia. Negara ini memiliki penduduk sekitar 16 juta jiwa.
Nama Kamboja berasal dari dari bahasa Sansekerta, yaitu Kampuchea atau Kamboja yang berarti tanah kebahagiaan dan kemakmuran. Penduduk kamboja atau sekitar 96 persen menganut agama Buddha Theravada. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.
Selain itu, untuk Penganut agama Islam sekitar 2,1 persen, dan yang lainnya sekira 1,5 persen. Negara yang memiliki Ibu Kota Phnom Penh ini menjadi salah satu anggota ASEAN (Association of Southeast Nations) sejak tanggal 30 April 1999.
Di Kamboja terdapat banyak suku etnis, salah satu suku Kreung. Suku ini terkenal karena memiliki tradisi seks yang tidak biasa. Nah, kali Viva akan mengulas deretan tradisi seks aneh salah satu suku Kamboja yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
1. Gubuk Cinta
Suku Kreung di Kamboja memiliki tradisi seks yang tak biasa dari suku lainnya. Para orangtua di suku ini membangun ‘gubuk cinta’ untuk gadis remaja berusia sembilan hingga 13 tahun. Setiap malam, laki-laki diperbolehkan datang ke pondok untuk melihat anak perempuan itu. Bahkan mereka mengizinkannya untuk berhubungan seks dalam gubuk tersebut.
2. Perempuan Bisa Memilih Siapa Pasangannya
Setelah berhubungan dengan beberapa laki-laki, barulah perempuan bisa memilih siapa yang ia inginkan menjadi pasangannya. Tradisi ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang mendukung bagi remaja putri untuk belajar bertanggung jawab dan berhati-hati dalam urusan seks.
Sang ayah akan membangunkan gubuk berbahan bambu, yang terpisah dari rumah keluarga sehingga anak gadis mereka bisa bersosialisasi dan setiap hari mereka akan dikunjungi oleh pacar-pacarnya.
3. Hanya Boleh berhubungan Seks dengan Orang yang Dicintai
Tradisi ini perlahan menghilang karena minoritas menjadi terekspos pada modernisasi dan budaya khmer, di mana seks pranikah tidak baik. Menurut artikel Phnom Penh Post pada Maret 2014, cara keluarga Kreung membangun rumah mereka juga berubah seiring dengan maskyarakat menjadi lebih kaya.
Secara tradisional, rumah mereka terbuat dari bambu kecil dan tidak tahan lama pada saat musin hujan tiba. Namun sekarang beberapa desa membangun rumah mereka dari kayu atau batu bata yang tahan lebih lama dari bambu. Sehingga mereka lebih suka menempatkan semua kamar tidur di dalam satu rumah untuk anak perempuan mereka.
Tradisi ini sudah dimulai sejak 2003, karena ada perempuan yang mendapat aktivitas seksual yang agresif dari pria yang mendatanginya.