Krisis Iklim, 774 Juta Anak di Dunia Hidup dalam Kemiskinan

Ilustrasi kemiskinan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Ratusan anak dari 12 negara dan 4 benua berpartisipasi menyuarakan dampak krisis iklim yang mereka rasakan serta harapan kepada Pemimpin Dunia untuk memprioritaskan aksi nyata atasi krisis iklim dan kemiskinan pada anak.

Debat Ketiga Pilgub Jateng, Andika Perkasa Targetkan Pertumbunan Ekonomi 6,5 Persen

Suara anak itu tertuang dalam spanduk sepanjang 220-meter ditujukan kepada para Pemimpin Dunia di G20 terbentang di pelataran Monas bagian Barat Daya Jakarta, Indonesia. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Laporan Global Save the Children “Generation Hope” memaparkan bahwa diperkirakan 774 juta anak di seluruh dunia atau sepertiga dari populasi anak dunia, hidup dengan kemiskinan yang parah dan risiko iklim yang tinggi.

Sesi Ketiga KTT G20, Presiden Prabowo Bicara soal Kemiskinan hingga Kelaparan

Indonesia menempati peringkat ke-9 tertinggi secara global terkait jumlah anak yang mengalami kedua ancaman tersebut.

“Suara anak dari empat benua sangat penting untuk segera didengarkan dan ditanggapi oleh para pemimpin di G20. Pada G20 Summit bulanNovember nanti, kami mendorong agar Para pemimpin G20 segera memprioritaskan aksi nyata untuk mengurangi emisi dan membantu anak-anak yang paling terkena dampak krisis iklim dan kemiskinan,” tegas Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media – Save the Children Indonesia, Troy Pantouw, dalam keterangannya.

Ratusan Relawan Anak Muda Peduli Krisis Iklim Bergabung Sebagai SDGs Hero Volunteer

Laporan “Generation Hope” juga menunjukkan lebih dari 60 juta anak di Indonesia pernah mengalami setidaknya satu kali kejadian iklim ekstrem dalam setahun.

Fakta ini memperjelas bahwa anak-anak menanggung beban lebih, sebab tumbuh dalam situasi terancam, disamping anak juga memiliki kondisi kerentanan baik secara fisik, sosial maupun ekonomi.

“Anak muda sekarang semakin sadar akan tantangan dan risiko dari krisis iklim yang akan dihadapi," bebernya.

Keadilan Iklim untuk Generasi Masa Depan

Bersiap menghadapi risiko tersebut, Save The Children memilih untuk menjadi agen perubahan.

Melalui aksi-aksi yang dilakukan, seperti membersihkan sampah plastik di bantaran sungai, memilah sampah, tidak menggunakan plastik, menanam pohon bakau, meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap pentingnya menjaga lingkungan dengan pentas seni, sampai dengan melakukan advokasi mengenai krisis iklim.

"Kami menunjukkan bahwa kami tidak hanya peduli, tapi juga bertindak secara nyata," jelas Anggota Child Campaigner Yogyakarta – Save the Children Indonesia, Aruna.

Aruna juga menyuarakan tentang keadilan iklim baginya hal ini menyangkut dua dimensi yaitu hak hidup dengan kualitas lingkungan sehat yang sama dan jaminan lingkungan aman serta lebih baik untuk para generasi masa depan.

Ilustrasi kemiskinan.

Photo :
  • U-Report

“Untuk itu, keadilan iklim mesti disuarakan dan diadvokasi oleh semua pihak baik kepada pemerintah, perusahaan, masyarakat sipil, akademisi, dan juga kami semua anak-anak dan orang muda. Dengan memastikan bahwa kami diberi hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan dan pembangunan yang akan sangat berpengaruh terhadap Bumi,” tegas Aruna.

Suara anak dari empat benua merupakan bagian dari kampanye Aksi Generasi Iklim Save the Children Indonesia. Pengumpulan suara anak anak dilakukan kurang lebih empat bulan dengan melalui berbagai proses.

Di Indonesia, sejak Juli Save the Children berhasil menjaring lebih dari 20,000 suara anak mengenai persepsi mereka tentang dampak krisis iklim yang mereka rasakan.

Suara tersebut dipublikasikan melalui berbagai aksi kegiatan yang diinisiasi oleh anak-anak dan orang muda yang tergabung sebagai Child Campaigner Save the Children Indonesia di Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Sulawesi Tengah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya