Hari Kesehatan Mental Sedunia, Pakar: Cinta Berpotensi Jadi Penawar Depresi
- Freepik/teksomolika
VIVA Lifestyle – Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap 10 Oktober setiap tahunnya. Di mana masalah mental, seperti depresi masih menjadi tantangan besar. Kondisi depresi seringkali sulit terdeteksi karena menurut Arvan Pradiansyah, motivator love and happiness expert, bahagia bukan berarti tidak memiliki masalah.
"Ada berbagai respons manusia saat menghadapi stres dan depresi. Ada yang mengeluh terus-terusan di media sosial. Ada yang diam saja dan menyendiri. Ada yang tetap berusaha produktif dan kreatif. Semua tergantung diri kita masing-masing, mau melawan atau menyerah dengan kenyataan hidup," ujar Arvan dalam keterangannya, Selasa 11 Oktober 2022. Scroll untuk info selengkapnya.
Hariadhi, Metaverse Business Development myriad.town sekaligus owner Coffee Depresso, menyatakan bahwa berdasarkan pengalamannya melawan depresi selama 1 tahun lamanya, jurus tawa berhasil meringankan depresinya. Ia ingin menularkan semangat penuh kebahagiaan itu kepada penderita depresi lainnya melalui quote motivasional lucu di pouch kopi yang ia buat.
"Ini bukan hanya jualan dengan mengeksploitasi penderitaan survivor depresi. Sebagian keuntungan penjualan kopi kita disumbangkan untuk membelikan obat, konsultasi, dan pelatihan skill hidup baru bagi survivor depresi," janjinya.
Mengungkapkan hal serupa, Dr dr Hisnindarsyah, SpKL, menyatakan depresi memang efektif diringankan dengan tawa, walau tidak boleh meninggalkan pendekatan medis.
"Tersenyum dan tertawa, dua hal ini bisa membuat hati bahagia. Orang yang tertawa tubuhnya akan rileks, tekanan darahnya turun, hormin serotonin dan endorfinnya akan meningkat dan menekan hormon stres," ungkapnya.
"Endorfin dikenal sebagai obat alami penghilang nyeri di tubuh, sehingga pengobatan penyakit kronis akan lebih efektif pada pasien yang hatinya bahagia ketimbang pasien yang stres atau bahkan depresi," sambung dia.
Selain tawa, Pakar Komunikasi Cinta sekaligus musisi, Djito Kasilo, mengungkapkan, cinta juga berpotensi menjadi penawar depresi.
"Cinta itu pusat energi psikis. Bisa jadi mengalirkan kebahagiaan dan keceriaan, tapi bisa jadi derita dan duka. Bisa jadi konstruktif, bisa destruktif. Semua tergantung pengendaliannya mau diarahkan ke mana," ungkapnya.
Sementara itu, Hariadhi kembali menambahkan bahwa bermain di lingkungan metaverse juga bisa membantu mengurangi depresi melalui komunikasi dengan orang banyak.
"Metaverse memungkinkan penderita depresi mendapat interaksi yang lebih lengkap ketimbang chatting yang hanya berupa tulisan. Di sini kita bisa menggunakan emoji, bermain, bahkan berjual beli. Sehingga, kalau dulu orang depresi mengurung diri dan sering didiskriminasi, maka kini mereka dapat sarana berekspresi, perlahan berbaur dengan orang lain," jelas Hariadhi.
Oleh karena itu, bersikap kreatif saat dilanda masalah mental sangat disarankan. Berkaitan dengan itu, myriad.town, akan mengadakan acara Happiness on Metaverse, yang akan diisi pembicara ternama, seperti motivator Arvan Pradiansyah dan Politikus Budiman Sudjatmiko. Selain itu, masih ada de Ryu Hasan, Cania Citta Irlanie, Ananda Sukarlan, Tuhu Nugraha, Budiman Hakim, dr James SpKj, Silviana Chandra, SPsi, Dini Novita, Djito Kasilo, CEO Myriad Jean Danny Gauthier, dr Hisnindarsyah, dan Sansulung Darsum
Dalam acara ini myriad.town turut menggandeng ILM, konsultan leadership and happiness pertama di dunia yang serius menggarap metaverse, dan Radio Pelita Kasih, radio konvensional pertama di dunia yang hadir di metaverse. Tidak hanya itu, akan diadakan pameran karya penyandang bipolar disorder dalam bentuk NFT yang akan difasilitasi Paras, marketplace NFT buatan anak Indonesia.