Tradisi Nyotaimori: Makan Sushi dari Tubuh Wanita Telanjang
- Freepik/lifeforstock
VIVA Lifestyle – Salah satu kuliner dari Jepang yang mendunia adalah sushi. Di Indonesia, sushi menjadi kuliner yang banyak disukai, yang membuat menjamurnya restoran sushi.
Selain banyaknya jenis sushi, ternyata penyajian makan sushi juga banyak, lho. Salah satunya adalah tradisi Nyotaimori. Namun, berbeda dengan penyajian sushi kebanyakan, tradisi ini "terkenal" lebih sensual, karena penyanjiannya di atas wanita telanjang.
Tradisi Nyotaimori atau juga disebut body sushi, adalah salah satu tradisi menyajikan sushi dari yang terkenal di Jepang. Hal tersebut merupakan tradisi kuno yakni menikmati sushi dan sashimi di atas tubuh wanita tanpa busana atau telanjang.
Pada jaman dahulu, tradisi ini dibuat sebagai perayaan untuk merayakan kemenangan para samurai dalam pertempuran.
Tubuh wanita telanjang berfungsi sebagai "piring" sushi tersebut. Melansir the Guardian, wanita itu umumnya berbaring diam untuk beberapa lama tidak berbicara dengan tamu. Model harus mampu menahan percikan air dingin yang tidak disengaja atau rangsangan dari sumpit. Tubuh model tersebut harus dibersihkan secara khusus dengan sabun bebas parfum sebelum perjamuan.
Secara tradisional, sushi dimakan langsung dari kulit sang model, namun undang-undang sanitasi di banyak negara melarang hal ini sehingga memaksa restoran untuk membungkus model mereka dengan bungkus plastik guna mencegah kontak kulit dan makanan.
Sushi diletakkan di atas plastik atau daun yang telah disanitasi pada tubuh model untuk mencegah kontak kulit dengan sushi dan pada area tubuh yang cukup datar, di mana sushi tidak akan menggelinding. Kesopanan model wanita juga tergantung pada posisi makanan yang diletakkan di atas tubuhnya, selain menutupi bagian-bagian penting yang biasanya dengan semacam hiasan.
Koki sushi terkenal yang berbasis di Las Vegas, Mark Scharaga, yang telah menawarkan pengalaman makan malam Nyotaimori selama lebih dari satu dekade dan telah mencapnya sebagai bentuk seni mengatakan kepada Vice bahwa; “Kami tidak menjual seks, kami menjual pengalaman dengan wanita atau pria cantik”. Untuk pria (namun jarang dan kurang umum) disebut Nantaimori.
Ini telah menjadi tren pesta bujangan yang semakin populer. Koki sushi mengatakan mereka kebanyakan berakhir di pesta bujangan, acara perusahaan, pesta ulang tahun dan makan malam pribadi, menghasilkan hingga empat hingga delapan acara sebulan. Makanan biasanya mahal dan disajikan di lokasi eksklusif, karena itu dianggap sebagai makan malam untuk orang kaya.
Namun, praktik tersebut menuai kritik dan kritik dari mereka yang menyebut acara tersebut sebagai objektif, merendahkan, dan anti-feminis. Itu telah dilarang di beberapa negara, karena masalah kesehatan dan moral, bahkan Jepang sendiri.
Pada tahun 1990-an, fenomena body sushi menarik banyak perhatian media di Barat begitu juga para selebriti Hollywood. Setelah sebuah restoran Jepang menyajikan body sushi di Kunming, kota konservatif China, protes pun pecah di China.
Tak ayal, demonstrasi terhadap body sushi tersebut menuai protes dari kalangan feminis. “Ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap wanita. Saya tidak yakin bagaimana orang bisa makan sesuatu seperti ini,” kata seorang warga yang ikut protes.