Lana Del Rey Dijadikan Mata Kuliah di New York University
- twitter @PopCrave
VIVA Lifestyle – New York University meluncurkan mata kuliah khusus yang membahas penyanyi Lana Del Rey. Mata kuliah tersebut akan membahas sisi bermusik Lana dengan modul berjudul ‘Topics in Recorded Music: Lana Del Rey’ seperti yang dilansir dari NME.
Mahasiswa di New York University (NYU) akan dapat mempelajari Lana Del Rey dalam mata kuliah baru yang dirilis bulan depan. Rencananya mata kuliah khusus ini hanya berlangsung sementara, tepatnya dari 20 Oktober sampai 8 Desember 2022 di Clive Davis Institute dan diajarkan oleh jurnalis sekaligus penulis Kathy Iandoli.
Mata kuliah khusus ini kurang lebih mempelajari keberhasilan Lana dalam mengenalkan musik pop yang sedih dan melankolis.
Lana Del Rey
- twitter @LDRWorld1
Deskripsi mata kuliah khusus ini berbunyi:
“Dengan delapan album yang diakui dengan kritis, artis yang enam kali dinominasikan Grammy telah memperkenalkan versi pop sedih, melankolis, dan barok yang pada gilirannya membantu mengubah dan menemukan kembali suara serta suasana hati musik mainstream di luar tahun 2010-an.”
Tak hanya musik, representasi visual dari Lana juga mendukung musik melankolisnya sehingga lebih banyak menarik perhatian banyak orang. Begitu pula dengan lagu-lagunya yang kerap membahas kesehatan mental dan hubungan tidak sehat.
Lana Del Rey
- twitter @LDRHQ
“Melalui visualnya yang menawan dan perhatian tematiknya terhadap kesehatan mental dan kisah-kisah cinta rusak dan tidak segar, Del Rey menyediakan platform baru bagi seniman dari semua jenis kelamin untuk menciptakan karya substansi ‘anti-pop’ yang dapat hidup dalam mainstream setelah dikategorikan sebagai bubblegum pop.”
Lana Del Rey bukan penyanyi pertama yang dijadikan mata kuliah khusus oleh Clive Davis Institute. Mereka juga meluncurkan kursus tentang Taylor Swift. Kursus tersebut merupakan bagian dari Sekolah Seni NYU yang berlangsung dari 26 Januari sampai 9 Maret.
PBB: Serangan Israel ke Pasukan Perdamaian di Lebanon Bisa Jadi Kejahatan Perang
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap pasukan perdamaian bisa disebut sebagai kejahatan perang
