5 Fakta Unik Tersembunyi Suku Tengger, Ikon Budaya Bromo

Suku Tengger, suku yang mendiami dataran tinggi Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur
Sumber :
  • timesindonesia.co.id

VIVA Lifestyle – Istilah Tengger diambil dari nama Roro an-Teng dan Joko se-Ger. Roro Anteng merupakan putri dari Brawijaya dan Joko Seger putra seorang Brahmana, dimana keduanya merupakan suami istri yang menurut legenda.

Mereka terikat pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka yaitu Raden Kusuma, dengan hal tesebut merupakan awal terjadinya upacara Kasada.\

Yuk scroll ke bawah!

Suku Tengger, suku yang mendiami dataran tinggi Broto Tengger Semeru, Jawa Timur

Photo :
  • nusantara.news

Jadi yang disebut masyarakat Suku Tengger adalah orang-orang yang tinggal menetap di wilayah kaki Gunung Bromo secara turun menurun, meliputi wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.

Nah, selain itu ada deretan fakta unik lain mengenai Suku Tengger yang Viva lansir dari berbgai sumber sebagai berikut.

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Suku Tengger adalah bahasa Jawa dengan dialek Tengger. Ciri yang paling mencolok dari penggunaan bahasa ini masih tersisa kata-kata dalam bahasa Jawa kuno lho, bunyi bunyi “a” pada akhir suku kata, diucapkan “o” seperti kebanyakan bahasa Jawa dialek Jawa Tengah atau Jawa Timur.

Nah contoh penggunaan dialek Tengger seperti ingsun (aku), rika (kamu), paran (apa). Dalam penggunaan bahasa juga mengenal tingkatan seperti kromo dan ngoko.

2. Penggunaan Sarung

Tradisi Grebeg Tirto Aji Suku Tengger Bromo

Photo :
  • VIVA.co.id/Dyah Pitaloka

Kalau kalian melihat masyarakat Suku Tengger masih sering menggunakan sarung ternyata punya makna, lho. Selain berfungsi untuk melindungi suhu tubuh dari udara dingin pegunungan, sarung juga dipercaya bekerja untuk mengendalikan perilaku dan ucapan. Wah makna yang sangat mendalam ya.

Nah, penggunaan sarung ini masih dilakukan oleh hampir semua masyarakat Tengger, mulai dari usia muda sampai tua, laki-laki dan perempuan.

3. Upacara Kasada

Suku Tengger, suku yang mendiami dataran tinggi Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur

Photo :
  • Instagram: Fiskatanjung

Upacara ini juga dikenal dengan sebutan upacara Yadnya Kasada. Hal ini dilakukan sebagai bentuk persembahan untuk Sang Hyang Widi sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan kepada masyarakat Suku Tengger.

Drama Iklim Dunia yang Belum Tuntas

Adanya upacara ini menjadikan suatu ikon budaya di Gunung bromo dan menarik satawan untuk berkunjung. Yadna Kasada merupakan upacara keagamaan yang dilakukan masyarakat Suku Tengger berupa pengiriman kurban kepada leluhur mereka yang ada di kawah Gunung Bromo.

Upacara tersebut tidak terlepas dari kisah di akhir zaman Majapahit terdapat seorang putri Roro Anteng yang menikah dengan Joko Seger. Serunya, upacara ini dilakukan pada malam hari matahari hingga terbit loh.

Mayoritas Masyarakat Adat Poco Leok Dukung PLTP Ulumbu Unit 5-6: Narasi Penolakan Dinilai Tidak Berdasar

4. Sesaji berupa Ongkek

Ritual Yadnya Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo

Photo :
  • Antara/ Saiful Bahri
Panglima Adat Paksi Sekala Brak Yakin Egi Pemimpin Bawa Harapan Baik untuk Lamsel

Ongkek merupakan hasil bumi, hewan ternak, maupun makanan yang di bawa orang-orang Tengger untuk dimintai berkah dan doa melalui dukun. Ongkek dianggap sebagai lambang kesuburan, ketentraman, dan keseimbangan bagi penduduk Tengger.

Dukun berdoa pada dewa dan memberkahi mempersembahkan persembahan penduduk. Jangan heran kalau peran dukun bagi masyarakat Tengger masih kuat, karena peran dukun dianggap sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Suku Tengger.

Secara struktural dukun adat dalam kehidupan Masyarakat Suku Tengger tergolong sebagai orang-orang yang terpandang dan menjadi tokoh panutan masyarakat lho, bahkan lebih dibandingkan lembaga pemerintahan.

5. Upacara Unan-unan

Warga Tengger Rayakan Yadnya Kasada di Gunung Bromo

Photo :
  • SP/ Iwan Heriyanto

Upacara ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali di kaki Gunung Bromo. Sesuai dengan kepercayaan Hindu Mahayana, upacara ini untuk bersih desa, agar dari gangguan makhluk halus dan memohon agar para arwah dapat menuju nirwana.

Toleransi yang sangat kuat ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya, sehingga antar umat beragama pun saling menghargai. Sesaji yang diberikan berupa sate daging kerbau, tumpeng, dan jajanan pasar.

Uniknya kepala, kulit dan kaki kerbau yang telah disembelih dibiarkan utuh. Sesaji yang telah disiapkan dengan bunga di atas ancak atau keranda bambu. Suku Tengger ketika melakukan upacara ini keliling desa dan berakhir di rumah kepala desa untuk menyantap hidangan yang telah disiapkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya