Warisan UNESCO, Ini 3 Fakta Unik Subak Budaya Pertanian Bali
VIVA Lifestyle – Kata Subak pertama kali diketahui dari prasasti Pandak Badung yang berangka tahun 1072 M. Kata subak mengacu pada sebuah lembaga sosial dan keagamaan unik yang memiliki pengaturan sendiri dalam pengaturan penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi.
Subak budaya pertanian merupakan organisasi bagi masyarakat irigasi di Bali yang telah melembaga sejak berabad-abad yang lalu. Jika melihat dari pertanggalan Prasasti Pandak umur subak sudah hampir seribu tahun.
Dengan demikian, cukup dan bermanfaat Subak dalam mengelola jaringan dan air telah teruji dan terbukti efektif di wilayah Bali.
Hal ini hanya dapat terjadi apabila di antara pengurus dan anggota subak telah terbentuk suatu bentuk sosial berdasarkan suatu “nilai” yang dianut dan dipatuhi oleh pengurus dan anggota organisasi yang bersangkutan
Nah, ternyata ada beberapa fakta unik mengenai Subak sebagai budaya pertanian ini loh. Fakta apa saja? Simak ulasan Viva yang dirangkum dari berbagai sumber sebagai berikut.
Tri Hita Karana
Dalam pengelolaan subak terdapat nilai atau falsafah yang dianut oleh semua pengurus dan anggota subak yang disebut sebagai Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana ini secara singkat dapat dikatakan sebagai tiga hal yang menyebabkan manusia mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan kebahagiaan. Tri Hita Karana mengajarkan pola hubungan yang seimbang antara ketiga sumber kesejahteraan dan perdamaian. Hal itu menjadi pesan untuk manusia agar selalu berusaha menjaga keharmonisan hubungan antara ketiga yang terdiri dari:
- Hubungan yang harmonis antara manusia dengan tuhan (Parhayangan)
- Hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia (Pawongan)
- Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam (Palemahan)
Subak sebagai lembaga yang dibentuk oleh manusia, juga mengikuti falsafah Tri Hita Karana tersebut.
Subak sebagai warisan Bali dan Dunia
Subak ditetapkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2012. Lanskap tersebut terdiri dari pedesaan dan sawah bertingkat di Bali dengan sistem subak, pura, dan candi.
Lanskap ini terbentuk dari organisasi pengolahan sawah yang disebut subak. Sebuah manifestasi dari manifestasi filsafat Bali, Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam sekitar.
Lanskap budaya Bali dijadikan sebagai warisan dunia karena sudah ada sejak abad ke-12 yang memiliki konsep filosofi Tri Hita Karana. hubungan antar air di candi yang mendukung manajemen air lanskap subak. Mengangkat hubungan keharmonisan antara alam dan spiritual, melalui sebuah ritual, dengan persembahan penampilan yang artistik.
Lingkup Subak menurut UNESCO
UNESCO menetapkan Subak sebagai warisan dunia yang mencakup lima kawasan di Bali, yaitu Kawasan Pura Ulun Danu Batur (Bangli), Kawasan Danau Batur (Bangli), Kawasan subak daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan (Gianyar), Kawasan Subak Catur Angga Batukaru (Tabanan ), Kawasan Pura Taman Ayun (Mengwi). Total luas keseluruhan tempat tersebut mencapai 20,974,70 hektar.
Subak sebagai salah satu warisan dunia menjadikan situs-situs yang berada di dalamnya menarik wisatawan untuk berkunjung dan menikmati keindahan sistem subak atau mendatangi pura-pura, candi ataupun tempat-tempat suci yang berada di dalamnya.
Di sana juga ada Museum Subak yang terletak di Tabanan, Bali. Museum ini menyajikan koleksi pertanian dan irigasi tradisional Bali. Uniknya museum ini dibuat sebelum subak dijadikan sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2012 lalu.