Masih Banyak Rumah Tangga yang Belum Kelola Sampah dengan Baik

Ilustrasi kantong Plastik
Sumber :
  • Pixabay/Nuzree

VIVA Lifestyle - Proyek percontohan pengelolaan sampah bertajuk Pasaran Wawai, diluncurkan. Proyek gotong-royong ini merupakan aksi nyata untuk mengurangi timbulan sampah, mencegah kebocoran sampah ke lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Pasaran, yang merupakan sentra produksi ikan teri dan asin di Bandar Lampung.

Petugas Kebersihan Kirim Satu Truk Sampah ke Rumah Warga, Ternyata Ini Alasannya!

Ketiga changemakers, yang terdiri dari Gajahlah Kebersihan, Angkuts Indonesia, dan Askara Cendekia, mengidentifikasi bahwa 95,8 persen masyarakat Pulau Pasaran belum mengelola sampah di rumah tangga dengan baik. Padahal, timbulan sampah mencapai sekitar 149.000 kg per tahun, di mana 64 persen di antaranya berupa residu plastik yang berasal dari rumah tangga, dan berpotensi mencemari perairan dan daratan Pulau Pasaran. Yuk, scroll. 

Keterbatasan akses yang dialami masyarakat dalam memahami pentingnya pengurangan dan pengolahan sampah, juga tidak adanya akses untuk penjemputan dan daur ulang sampah, menjadi penyebab permasalahan ini. 

Menteri Lingkungan Hidup: Setop TPA Pakai Sistem Open Dumping

Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Monica Oudang, mengungkapkan, YABB, bersama para changemakers melalui Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE), menghadirkan solusi berbasis ekosistem dengan menggabungkan optimalisasi teknologi dan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat memberikan dampak nyata.

Ilustrasi sampah.

Photo :
  • Pixabay
Kementerian Lingkungan Tutup Pembuangan Sampah Ilegal di Bekasi yang Viral di Medsos

“Hal ini sejalan dengan komitmen YABB dalam membangun adaptasi terhadap perubahan iklim dan ketangguhan, yaitu mewujudkan solusi yang sistemik dalam menangani permasalahan lingkungan terkait air, seperti akses air minum layak, sampah di perairan, dan bencana hidrometeorologi di Indonesia," ujar Monica dalam keterangannya, Rabu 14 September 2022. 

Walikota Bandar Lampung, Hj. Eva Dwiana, menjelaskan, Pulau Pasaran yang berpenghuni sekitar 1.500 jiwa ini memiliki potensi yang besar, khususnya dalam memasok ikan asin serta ikan teri nasional dan menjadi desa wisata. 

"Sangat disayangkan apabila potensi tersebut tidak dapat dioptimalkan jika isu sampah masih terus ada. Dan inilah yang menjadi alasan kami mendukung proyek Pasaran Wawai,” katanya.

Dalam kesempatan sama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Drs. A. Budiman P.M., MM mengatakan, ketimpangan antara tingginya jumlah sampah yang diproduksi dan rendahnya jumlah sampah yang dikelola lebih lanjut menjadi ancaman bagi masa depan masyarakat setempat. 

Ilustrasi sampah plastik di laut.

Photo :
  • U-Report

"Hal ini membutuhkan solusi holistik dari hulu ke hilir. Untuk itu, kami sangat mendukung proyek ini karena Pulau Pasaran yang dikenal sebagai sentra produksi ikan asin dan teri di Lampung ini butuh kolaborasi dari berbagai pihak,” tutur Budiman.

Untuk menghadirkan solusi di Pulau Pasaran di Bandar Lampung, para changemakers menerapkan tiga solusi utama sistem pengelolaan sampah melalui konsep ekonomi sirkuler.

Muhammad Hafiz Waliyuddin, Perwakilan Changemakers CCE Lampung, menjelaskan bahwa pihaknya telah menjalankan edukasi pengelolaan sampah untuk mengubah perilaku 120 keluarga, termasuk kader Kartini Pasaran dalam mengurangi dan memilah sampah. 

“Kami berharap para kader dapat menularkan perubahan perilaku ke masyarakat yang lebih luas sehingga dapat mengurangi timbunan sampah sebanyak 20 persen. Sementara, pemilahan sampah ditargetkan bisa menghasilkan sampah terpilah sebanyak 16,7 persen," ungkapnya.

Solusi kedua, yakni menghadirkan platform penjemputan sampah berbasis digital untuk memudahkan pengumpulan dan pengangkutan sampah anorganik ke tempat pengolahan sampah RINDU (Rumah Inovasi Daur Ulang), bank sampah, dan tempat pembuangan sampah–reduce, reuse, recycle (TPS 3R).

“Dari solusi ini, diharapkan sebanyak 100 persen rumah tangga Pulau Pasaran mendapatkan pelayanan penjemputan dan pengumpulan sampah dengan total 40 persen sampah anorganik Pulau Pasaran terangkut,” lanjut Hafiz.

Solusi terakhir adalah memastikan terjadinya pengomposan sampah organik di lokasi sumber, dan membangun rumah daur ulang sampah inovatif RINDU. Rumah ini ditujukan untuk mengolah low value plastic menjadi produk bernilai ekonomi, dengan target 90 persen sampah anorganik Pulau Pasaran yang dijemput bisa didaur ulang. 

“Selain dampak lingkungan, kami juga menyasar kepada dampak ekonomi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja hijau di sepanjang rantai pengelolaan sampah," tutup Hafiz.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya