Begini Cara Kurangi Pencemaran Lingkungan Hingga ke Titik Nol

Ilustrasi ramah lingkungan.
Sumber :
  • Pixabay/Geralt

VIVA Lifestyle – Konsep circular economy atau ekonomi sirkular berkaitan dengan salah satu kebijakan yang digulirkan Kementerian Perindustrian, yakni industri hijau

Indonesia dan Tantangan Emisi Karbon, Mengapa Kita Harus Peduli?

Implementasi industri hijau mengupayakan efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta memberikan manfaat bagi masyarakat. 

Scroll ke bawah untuk mengetahui penerapan praktik sirkular ekonomi.

Teknologi Ramah Lingkungan Ini Diterima dengan Tangan Terbuka

Praktik sirkular ekonomi salah satunya dapat dilakukan melalui proses produksi ramah lingkungan. Pabrik Ajinomoto di Mojokerto juga telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai zero waste, guna meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol. 

Direktur PT. Ajinomoto Indonesia, Yudho Koesbandryo, menjelaskan, berbagai upaya yang dilakukan meliputi pengurangan emisi karbon, pengurangan konsumsi air, penerapan Bio-Cycle & Eco-Activity yang menghasilkan co-product seperti Pupuk Ajifol, Amina, dan bahan baku pakan ternak FML. 

Warga Sekitar DAS Sungai Citarum Diajak Kembangkan Ekonomi Sirkular, Begini Caranya

Pupuk bersubsidi Kementan. (ilustrasi)

Photo :

Selain itu, ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas, Mojokerto, kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.

"Kami telah melakukan praktik ekonomi sirkular sejak 2009. Kami selalu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksi dari hulu hingga hilir pada proses produksi yang ada. Di hulu, dengan teknologi yang kami punya, kami menekan penggunaan raw materials untuk meningkatkan produktivitas," ujar Yudho, dalam Webinar Festival Peduli Sampah yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) RI.

Pada proses tersebut hingga mencapai hilirnya, kata Yudho, mereka menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian dan peternakan. 

"Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, di Agriculture Development (Agri Dev) Department kami juga bertanggung jawab untuk mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak Tritan dan beberapa co-product lainnya yang juga mempunyai nilai jual,” jelasnya. 

Ilustrasi MSG.

Photo :

Selain proses pembuatan co-product yang menerapkan Bio-Cycle & Eco-Activity, Yudho mengatakan, pihaknya juga banyak menerapkan aktivitas produksi yang ramah lingkungan seperti pengurangan 34.900 ton emisi karbon (CO2) dengan berbagai cara seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi. 

"Kami mempunyai target mengurangi 180.000 ton CO2 pada tahun 2023, dari based line tahun 2018. Kemudian, ke depan kami juga berencana untuk memakai bio mass boiler, saat ini sedang dalam proses persiapan dan mudah-mudahan tahun depan sudah bisa kami aplikasikan untuk menggantikan batu bara," tuturnya. 

Yudho Koesbandryo turut menyatakan komitmennya untuk mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan air hingga 31 persen dari based line tahun 2016, dengan melakukan penghematan melalui peningkatan kualitas air (water treatment) pada aktivitas produksi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya