Dua Inovator Indonesia Terpilih Kembangkan Sampah Plastik
- Istimewa
VIVA Lifestyle – Berdasarkan berbagai data dari IUCN menyatakan bahwa ada sekitar dua juta ton sampah plastik atau 17% dari total sampah yang mencemari laut pada 2017-2019.
Pembangunan Rendah Karbon Indonesia, sebuah platform dari Bappenas, menyatakan bahwa Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton limbah plastik setiap tahunnya, jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda menjadi 13,6 juta ton pada tahun 2040.
Persoalan sampah ini menjadi semakin genting karena hanya sekitar 30%dari sampah plastik Indonesia yang terkelola, sisanya akan mencemari laut, dibakar, atau dibuang sembarangan sehingga memberikan ancaman bagi lingkungan dan biodiversitas.
Dua organisasi dari Indonesia, Kibumi dan Bank Sampah Bersinar, terpilih menjadi peserta program akselerator yang bertajuk Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge yang diadakan oleh The Incubation Network.
Program ini akan memungkinkan kedua organisasi tersebut untuk meningkatkan potensi ekonomi sirkular plastik sampai dengan Rp69.500.000.000 termasuk untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi operasional mereka dalam lima tahun ke depan
“Di The Incubation Network, kami berkomitmen untuk mendukung usaha lokal yang membuat solusi-solusi untuk mencegah kebocoran sampah plastik. Komitmen kami hadir tidak hanya melalui program Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge namun juga melalui program Informal Plastic Collection Innovation Challenge yang kami lakukan tahun lalu,” kata Simon Baldwin, Direktur, The Incubation Network, dalam keterangan tertulisnya.
Melalui program tersebut kami telah mampu mendukung berbagai inovator yang memiliki misi meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik melalui peningkatan taraf hidup, transparansi, kapasitas, dan peran dari sektor informal.”
Program yang dilakukan bersama Global Plastic Action Partnership, UpLink dari World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste fokus untuk mendorong solusi inovatif yang fokus pada kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik.
Selain Kibumi dan Bank Sampah Bersinar, ada tiga inovator lain yang akan menerima kesempatan untuk mengembangkan kemitraan, mendapatkan mentorship, meningkatkan profil, memperluas akses ke jaringan, dan mendapatkan hibah untuk mengembangkan solusi mereka.
Fei Febri, CEO dari Bank Sampah Bersinar, mengatakan Program Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge akan memberikan kami kesempatan untuk mengembangkan kemampuan Bank Sampah Bersinar.
“Ini akan kami jadikan modal agar kami dapat meningkatkan potensi ekonomi sirkuler di Indonesia, termasuk dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, membuat sistem daur ulang yang berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap target pemerintah untuk mengurangi sampah plastik laut hingga 70 persen pada tahun 2025.”
Para innovator terpilih ini telah diseleksi berdasarkan kontribusi mereka di salah satu area fokus ini:
- Meningkatkan jumlah sampah plastik yang dikelola, diproses, dan/atau didaur ulang
- Mendukung peningkatan operasional dari pengelolaan sampah plastik dan daur ulang
- Meningkatkan kondisi kerja organisasi pengelolaan sampah dan daur ulang
“Menghilangkan sampah plastik dari lingkungan kita adalah hal yang sangat perlu kita lakukan karena adanya dampak negatif bagi lingkungan dan ekonomi,” kata Nicholas Kolesch, Vice President Projects, Alliance to End Plastic Waste.
Ia menambahkan, “Seiring dengan peningkatan permintaan untuk plastik daur ulang, tantangan Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge akan mendukung berbagai inovator di region ini untuk memenuhi permintaan tersebut, mengurangi sampah plastik di lingkungan, dan memutar roda ekonomi sirkular.”
Sementara Poonam Watine, Knowledge Specialist, Global Plastic Action Partnership mengatakan, solusi inovatif berperan penting dalam tata kelola sampah di Asia Tenggara.
“Untuk itu, kami bangga dapat bekerja sama dengan The Incubation Network dan Alliance to End Plastic Waste untuk menyeleksi berbagai inovator yang memiliki solusi berdampak langsung untuk meningkatkan nilai sampah plastik. Kami tidak sabar untuk meningkatkan profil dan tentunya dampak mereka di Asia Tenggara,” tuturnya.