Namanya Kembali Dibicarakan, Siapa Sosok Raden Saleh?
- Shutterstock/Everette Collection
VIVA Lifestyle – Film Mencuri Raden Saleh tayang perdana pada 25 Agustus 2022 dan masih tayang hingga hari ini. Film ini mengangkat cerita tentang pencurian salah satu lukisan paling legendaris karya maestro lukis Raden Saleh yang berjudul 'Penangkapan Diponegoro'.
Seiring dengan rilisnya film Mencuri Raden Saleh, banyak orang yang membicarakan dan penasaran dengan sosok Raden Saleh. Berikut profil dan fakta mengenai siapa Raden Salah, dikutip Viva deri berbagai sumber:
Sosok Raden Saleh
Sosok Raden Saleh dapat dikatakan seorang seniman yang memajukan seni lukis di Indonesia (dahulu Hindia Belands). Lukisan-lukisannya diburu kolektor Indonesia bahkan mancanegara, salah satu yang fenomenal adalah Forest Fire yang dikoleksi oleh Galeri Nasional Singapura.
Bahkan, secara khusus, Galeri Nasional Singapura membuat satu ruang khusus untuk lukisannya. Selain karya harimau yang berada di kebakaran hutan, ada Merapi, Eruption by Day (1865) dan Merapi, Erupion by Night (1865). Namun, ada lukisannya yang paling terkenal dan bahkan menjadi aset negara, yaitu lukisan Penculikan Diponegoro.
Raden Saleh Syarif Bustaman terlahir pada bulan Mei 1811 sebagai putra dari keluarga bangsawan di Semarang, Jawa Tengah. Joseph Payen, seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di Jawa, melihat bakat Raden Saleh sejak dini.
Payen pun kemudian mengatur dengan pihak pemerintahan Hindia Belanda, agar Raden Saleh yang baru berusia 18 tahun saat itu, mendapatkan pendidikan dalam bidang pemerintahan di Belanda.
Setibanya di Belanda, Raden Saleh langsung mengambil pendidikan sampingan secara privat kepada dua orang pelukis Belanda yang terkenal pada saat itu. Sepuluh tahun kemudian setelah mengakhiri pendidikannya, ia meminta ijin sebelum kembali ke Indonesia untuk dapat berkeliling Eropa.
Setelah lebih dari dua dekade tinggal di Eropa dan namanya diakui, Raden Saleh kembali ke Hindia Belanda (yang sekarang Indonesia). Dia diberi gelar Pelukis Sang Raja oleh Raja Willem III. Predikat ini pernah dipertanyakan oleh sejarawan Onghokham pada 1994, karena dianggap ganjil. Di masa abad ke-17, Belanda punya pelukis besar seperti Rembrandt.
Ia menikahi Raden Ayu Danudiredjo setelah mengakhiri pernikahannya dengan istri pertama yang seorang berkebangsaan Belanda.
Lukisan Penangkapan Diponegoro
Hingga saat ini, lukisan Penangkapan Diponegoro masih menjadi lukisan top milik Raden Saleh.
Petunjuk sejarah pertama mengenai lukisan karya Raden Saleh ini tertulis dalam surat Raden Saleh yang ditujukan kepada Adipati Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha pada tanggal 12 Maret 1857. Dalam surat tersebut tertulis, antara lain telah menyelesaikan sebuah lukisan historis, yang menggambarkan tentang penangkapan Kepala Suku Jawa, Dipanegara "Yang saya lukiskan untuk Paduka Yang Mulia Belanda" tulis surat tersebut. Surat ini mengungkapkan keberanian Raden Saleh menawarkan lukisan kepada Raja Belanda yang mana saat itu masih menjajah tanah Jawa.
Pada awalnya Raden Saleh mendapat ilham komposisi lukisan historis Penangkapan Pangeran Diponegoro dari lukisan Pengunduran Diri Charles V karya Gallait yang menggambarkan bangkitnya kekuatan nasional yang sangat mendesak diperlukan banyak orang selama bertahun-tahun setelah invasi pasukan Jerman.
Hal paling utama yang sejalan dengan komposisi lukisan Gallait adalah semangat kebangkitan nasional yang digambarkan oleh Raden Saleh sebagai bentuk kemarahan terhadap pengkhianatan Belanda (Krauss, 2012:78).
Karya lukisan yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro merujuk pada peristiwa nyata yang memang terjadi masa lalu. Lukisan ini merupakan respon dari lukisan Nicolaas Pieneman (1809-1860) yang ditugaskan untuk mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pemerintah Belanda.
Ketika peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro (28 Maret 1830), Raden Saleh tengah berada di Eropa. Diduga Raden Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Perbedaan lukisan antara Raden Saleh dengan Pieneman ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Raden Saleh.
Beberapa perbedaan penting antara lukisan Raden Saleh dan Pieneman:
1. Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah.
2. Pieneman memberi judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, Raden Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro.
3. Lukisan bendera Belanda yang dibuat oleh Pieneman tidak ditampilkan dalam lukisan karya Raden Saleh.
Raden Saleh mulai membuat sketsa lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1856 dan menyelesaikan lukisan cat minyaknya setahun kemudian. Dia mengabarkan lukisan tersebut kepada temannya di Jerman, Duke Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha, dengan judul “Ein historisches Tableau, die Gefangennahme des javanischen Häuptings Diepo Negoro” (Lukisan bersejarah tentang penangkapan seorang pemimpin Jawa Diponegoro).
Raden Saleh kemudian memberikan lukisan tersebut kepada Raja Belanda, Willem III, untuk menggambarkan pandangan Raden Saleh atas penangkapan Pangeran Diponegoro yang berbeda dengan pandangan Pieneman.
Pada tahun 1975 lukisan tersebut "pulang" ke Indonesia, diberikan oleh pihak Kerajaan Belanda bersamaan dengan realisasi perjanjian kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969.