Umurnya Ratusan Tahun, Ini 5 Pasar Tradisional Tertua di Indonesia

Pasar Baru / Passer Baroe 1820
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA Lifestyle – Pasar tradisional tidak hanya bermakna sebagai tempat jual beli, tapi juga mengabadikan sejarah perkembangan suatu daerah. Beberapa pasar tradisional juga menggambarkan keagungan berfikir manusia tempo dulu yang diwujudkan melalui arsitekturnya yang khas

Kemudian, menurut laporan Direktori Pasar dan Pusat Perdagangan 2020 menyebut, terdapat 16.235 pasar rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tahukah kamu, pasar tertua di Indonesia ada di mana? Nah, ternyata ada deretan pasar tradisional tertua di Indonesia yang bahkan telah berumur ratusan tahun. Berikut ulasan Viva mengenai pasar tradisional tertua di Indonesia yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.

1. Pasar Jukung atau Pasar Terapung, 1526

Pedagang Pasar Terapung melakukan atraksi Jukung (perahu) di Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2018 di Desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Minggu, 2 Desember 2018.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Bayu

Keberadaan Pasar Terapung tak lepas dari berdirinya Kerajaan Banjar sekitar pertengahan abad 16. Saat itu, pengelolaan pelabuhan sungai ini diserahkan kepada Patih Masih dan Patih Kuin.

Dua 'penguasa' bersaudara yang dipercaya Syarif dan sebagian masyarakat Kuin merupakan keturunan dari hasil perkawinan antara suku Melayu yang berdiam di tepi sungai dengan suku Dayak terutama dari sub-etnis Ngaju.

Faktor yang mendukung adanya pasar terapung pada masa itu adalah tersedianya kayu-kayu gelondongan sebagai bahan baku pembuatan "jukung" atau perahu tanpa mesin. Jenis-jenis kayu yang sering dijadikan bahan "jukung" adalah kayu ulin dan jenis kayu meranti.

Dalam perkembangannya, pasar terapung dijadikan sebagai tujuan wisata oleh Pemprov Kalimantan Selatan. Sekarang di Banjarmasin terdapat 2 lokasi pasar terapung, yaitu di Muara Kuin dan di muka Masjid Raya atau "Siring" Tendean. Sedangkan satunya adalah di Lokbaintan yang termasuk dalam kabupaten Banjar - Martapura.

2. Pasar Senen, 1733

Pembangunan Kembali Pasar Senen Paska Kebakaran

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Justinus Vinck, orang Belanda yang jago bisnis itu membeli tanah dari Mr Johan Francois de Witte van Schoeten pada tahu 1973. Setelah mendapatkan izin, di bagian timur Weltevreden, dekat Croten Zuidenberg ini dibangunlah Pasar Senen.

Pasar Snees atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Pasar Senen merupakan pasar tertua yang ada di Jakarta. Dinamai Pasar Pasar karena pedagang di pasar ini awalnya berlangsung setiap hari Senin dan didominasi oleh etnis Tionghoa. Dalam perjalannya nama pasar ini berubah menjadi Vinck passer (merujuk kepada pemilik saekaligus arsiteknya Yustinus Vinck).

3. Pasar Tanah Abang, 1735

Kepadatan pedagang Pasar Tanah Abang

Photo :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Nama Tanah Abang lahir dari cerita pengepungan tentara Kerajaan Mataram pada tahun 1628 ke Kota Batavia. Ketika itu, tentara Mataram menyerbu Kota Batavia dari segala penjuru dan menggunakan Tanah Abang sebagai pangkalan, karena pada waktu itu Tanah Abang merupakan tanah berbukit dan di sekitarnya banyak di sekitar rawa.

Karena tanahnya yang merah atau “Abang” dalam bahasa Jawa, maka lahirlah nama Tanah Abang yang berarti Tanah Merah.

Pada tanggal 30 Agustus 1735, seorang Belanda yang sangat kaya, yang bernama Justinus Vinck, mendapat izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patram untuk membangun dua buah Pasar: Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen.

Dulunya Pasar Tanah Abang bernama Pasar Weltervreden dengan hari pasaran adalah Hari Sabtu. Saat itu, Pasar Tanah Abang ingin menjual tekstil dan kelontong, sedangkan Pasar Senen menjual sayuran.

4. Pasar Bringharjo, 1758

Pasar Bringharjo Yogyakarta

Photo :
  • U-Report

Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama 'Beringharjo' yang diberikan oleh Hamengku Buwono IX artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).

5. Pasar Baru, 1820

Pasar Baru / Passer Baroe 1820

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Nama Pasar Baru, dulunya Passer Baroe, tidak bisa dipisahkan dari sejarah Jakarta. Pasar ini mulai ada sejak tahun 1820, merupakan salah satu pusat pembangunan tertua di Jakarta.

Dinamakan Pasar Baru memang karena pasar ini relatif baru.

Pasar Baru dibangun untuk melengkapi dua pasar besar yang ada sebelumnya, yakni Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Keduanya dibangun pada 1730-an. Karena perkembangan masyarakat, Pasar Baru dijadikan daerah pertokoan. Masyarakat Tionghoa mulai mendirikan toko pada tahun 1877.

Lama-kelamaan keberadaan toko semakin menjamur. Sisi kanan dan kiri Pasar Baru mulai dipenuhi para pedagang, apalagi setelah pemerintah Hindia Belanda mengucurkan dana pembangunan yang cukup besar.

Wamendag Tertibkan Penerapan SNI hingga ke Pasar Tradisional

Nah, itu deretan pasar tradisional tertua di Indonesia yang Viva dapat ulasnkan informasinya untuk kamu. Apakah kamu pernah mengunjunginya?

Khofifah Janji Akan Transformasikan Pasar Tradisional dengan Digitalisasi
Suasana Stasiun Gambir, Jakarta Pusat.

Liburan Nataru, Ratusan Ribu Tiket Kereta Jarak Jauh dari Stasiun Gambir Ludes Terjual

Puncak liburan Nataru diprediksi terjadi pada Sabtu kemarin.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024