Ratusan Pria Menari 9 Jam dalam Kesenian Hak-Hakan Di Wonosobo

Kesenian Hak-Hakan di Dusun Kaliyoso, Kalikajar, Wonosobo.
Sumber :
  • VIVA/Ronaldo Bramantyo

VIVA Lifestyle – Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang sejak jaman dahulu. Mulai dari kesenian emblek (kuda kepang), tari topeng lengger, ndolalak, dan beragam seni tari lainnya yang keberadaannya masih tetap lestari hingga kini.

Debat Perdana Pilgub Jateng, Ini Tema yang Diusung dan Daftar Panelis

Dari sekian banyak kesenian yang ada, terdapat satu kesenian yang cukup unik dan menarik yang ada di Dusun Kaliyoso, Desa Tegal Ombo, Kecamatan Kalikajar, Wonosobo. Namanya kesenian Hak-Hakan.

Menurut Kepala Desa Tegalombo, Tri Jatmiko, kesenian tari Hak-Hakan ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka yakni sekitar tahun 1921, yang menceritakan sejarah perjuangan warga dusun setempat secara bergotong royong mencari mata air dan membangun saluran air sebagai sumber penghidupan dan pertanian warga.

Bawaslu Tunggu Laporan Lengkap Pertemuan Kepala Desa di Hotel Semarang

Kesenian Hak-Hakan di Dusun Kaliyoso, Kalikajar, Wonosobo.

Photo :
  • VIVA/Ronaldo Bramantyo

“Jadi kesenian Hak-hakan ini menceritakan bagaimana perjuangan warga dusun jaman dahulu kesulitan air, warga kemudian mencari sumber mata air sejauh 3 sampai 4 kilometer dari dusun kemudian dialirkan ke lahan pertanian milik warga sebagai sumber penghidupan,” ujarnya. 

Megawati Turun Gunung ke Jateng, Pastikan Pilkada 2024 Bebas Cawe-cawe Eksternal

Sebelum digelar acara Hak-Hakan, beberapa ritual pun dilakukan oleh sesepuh dusun setempat, seperti membuat tikar dalam waktu 1 hari 1 malam, puasa, dan tidak keluar rumah.  

“Untuk menghormati leluhur, sebelum mulai biasanya sesepuh sudah persiapan lebih dulu, seperti puasa, buat tikar sehari semalam, siapkan sesaji, tidak keluar rumah dan sebagainya,” tambahnya.

Uniknya pentas kesenian tari Hak-hakan yang rutin digelar setiap 2 tahun sekali ini semua penarinya adalah kaum pria dewasa dan lansia dari dusun setempat. Sambil mengenakan pakaian adat jawa dan membawa bunyi-bunyian yang terbuat dari bambu, seluruh peserta harus ikut menari Hak-hakan selama kurang lebih 9 jam, dari pagi hingga sore hari.

“Penarinya lebih dari 100 orang pakai baju jawa dan semuanya pria yang sudah dewasa 17 tahun ke atas hingga lansia juga wajib ikut menari Hak-Hakan ini. Mereka ikut menari dari jam 08.00 WIB sampai sekitar jam 17.00 WIB,” terang mantan Kepala Bidang Pemasaran Disparbud Wonosobo, Bambang Triyono, Selasa 23 Agustus 2022.

Sementara itu, menurut Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, pada tahun 2018 lalu kesenian Hak-Hakan ini sudah mendapatkan WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) yang keberadaannya wajib dilestarikan dan dipelihara oleh seluruh pihak, baik pemerintah desa maupun pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo.

“Hak-Hakan ini unik dan tidak dimiliki daerah lain, oleh sebab itu kita wajib melestarikannya jangan sampai punah. Apalagi leluhur dulu mencari air untuk sumber penghidupan, sehingga sekarang terbukti disini sawahnya jadi hijau-hijau dan subur semua, bisa meningkatkan taraf kehidupan ekonomi warga,” pungkas Afif.

Laporan: Ronaldo Bramantyo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya