Perhatikan! Ini 5 Mitos Larangan Pernikahan Menurut Budaya Jawa
- Pixabay/ Endho
VIVA Lifestyle – Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, sehingga tak heran budaya di negara ini begitu kaya dan kepercayaan akan adat istiadat juga masih kental hingga sekarang.
Adat dan kepercayaan merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan dan bahkan sampai saat ini pun adat memiliki pengaruh besar untuk berbagai aspek kehidupan. Misalnya saja bagi masyarakat Jawa, pernikahan tidak hanya soal kemeriahan pesta.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika hendak menikah menurut adat istiadat Jawa. Menentukan tanggal yang tepat, hari, dan lain-lainnya dipertimbangkan secara matang agar acara pernikahan dapat berjalan dengan baik, namun juga harus selaras dengan rumah tangga.
Nah, kali ini Viva akan mengulas larangan pernikahan menurut adat budaya Jawa yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
1. Larangan pernikahan antara anak pertama dan ketiga (siji karo telu)
Jika orangtuamu atau pasangan masih menganut kepercayaan adat Jawa, maka larangan satu ini mungkin tak asing. Larangan pernikahan antara anak pertama dan ketiga atau biasa disebut jilu (siji karo telu).
Mitosnya, jika anak pertama dan ketiga menikah, rumah tangganya akan sulit akur dan sering diterpa masalah. Hal ini, menurut mitos adat Jawa, perbedaan karakter yang biasanya cukup jauh antara anak pertama dan anak ketiga, bisa membuat pernikahan sulit.
2. Larangan pernikahan anak pertama dengan anak pertama
Tak hanya pernikahan siji karo telu, tapi ada juga larangan pernikahan antara anak pertama dengan anak pertama. Selain itu, juga harus dihindari jika salah satu orangtua dari mereka adalah anak pertama di keluarganya.
Sehingga jika disusun menjadi angka 1 1 1 atau siji jejer telu, yang konon dipercayai bisa membuat pernikahanmu tidak bahagia. Jika pernikahan ini tetap dilangsungkan, sebagian masyarakat percaya bahwa pernikahan ini akan terjadi dan malapetaka.
Oleh karena itu, jika kamu atau pasangan dan keluarga masih menganut kepercayaan atau adat Jawa yang kental, ada baiknya hal ini juga menjadi pertimbangan sebelum melangkah ke pernikahan.
3. Bulan Suro atau Muharram adalah bulan yang dihindari untuk menggelar pernikahan
Mitos larangan pernikahan menurut adat Jawa selanjutnya adalah menghindari bulan Suro atau Muharram ketika ingin melangsungkan pernikahan. Bulan ini dihindari, karena diyakini sebagai bulan yang suci. Konon di bulan ini Nyai Roro Kidul mengadakan acara hajatan sehingga masyarakat dilarang untuk mengadakan pesta agar jauh dari nasib sial.
4. Larangan menikah dengan pasangan yang rumahnya hanya berjarak lima langkah atau berseberangan
Ada lagi cukup larangan mitos menurut adat Jawa yang menarik seseorang yang datang hanya dua lima langkah atau berseberangan.
Jika rumah pasangan hanya lima langkah atau berseberangan, hal tersebut perlu dipertimbangkan lebih jauh. Karena menurut adat Jawa, jika pernikahan tetap digelar dan larangan satu ini maka rumah tangga akan mengalami kekurangan dan tidak bahagia.
5. Perhitungan Weton Jodoh
Dalam adat istiadat Jawa perhitungan weton jadi salah satu cara untuk menentukan kecocokan pasangan.
Perhitungan weton bisa kamu lakukan dengan melihat hari, tahun, dan tanggal lahir masing-masing. Jika cocok maka ini menandakan bahwa rumah tangga kalian akan diberi perlengkapan dan kemudahan serta tentunya harmonis.
Tapi, ada juga hasil yang tidak terlalu baik dan menjadi tanda bahwa kamu dan pasangan tidak cocok. Menurut kepercayaan adat istiadat Jawa, jika pasangan tidak cocok maka pernikahan pasti akan diterpa masalah dan ketidakrukunan.
Nah, demikian deretan larangan pernikahan menurut budaya Jawa yang Viva dapat berikan ulasannya ke kamu. Semoga bermanfaat ya!