Sejarah Panjat Pinang, Lomba Legendaris di Hari Kemerdekaan

Lomba Panjat Pinang Massal Meriahkan HUT RI Ke-71
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA Lifestyle – Sebentar lagi, tepatnya pada 17 Agustus 2022, yang jatuh pada hari Rabu, Republik Indonesia akan merayakan hari kemerdekaan yang ke 77 tahun. Selain merayakan dengan khidmat melalui upacara penaikan bendera di hari kemerdekaan, masyarakat Indonesia punya "tradisi" unik lainnya, yaitu mengadakan perlombaan. 

Sejarah Bisnis Ferrari: Dari Lintasan Balap hingga Menjadi Legenda Otomotif

Nah, ada salah satu lomba yang hanya diselenggarakan pada 17 Agustus dan tentu diikuti dan disenangi oleh banyak orang. Perlombaan tersebut adalah Panjat Pinang. Meski sekarang tampak menghibur, ternyata, pada zaman dahulu, panjat pinang memiliki sejarah yang kelam. 

Sejarah Panjat Pinang 

Forum G20 di Brasil, Fadli Zon Serukan Repatriasi Artefak Budaya untuk Pemulihan Keadilan Sejarah

Lomba panjat pinang saat Hari Kemerdekaan RI.

Photo :
  • U-Report

Panjang pinang merupakan perlombaan yang dilakukan dengan cara memanjat pohon pinang atau pohon lain yang sudah dikuliti dan diberi cairan pelicin. Pada lomba ini, para peserta akan berlomba-lomba menjadi juara 1, serta memperebutkan barang-barang yang telah digantung di atas pohon. Biasanya, hadiah tersebut bisa berupa kipas, TV, barang elektronik lainnya, sembako uang tunai, dan lainnya. 

Dinilai Sebagai Alat Propaganda Soeharto, KontraS Minta Penayangan Film G30S/PKI Dihentikan

Mengutip dari buku karya Fandy Hutari, berjudul 'Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal' tahun 2017, sebelum Indonesia merdeka, sekitar tahun 1930-an, lomba panjat pinang sering digelar orang Belanda saat ada hajatan, seperti pernikahan, pesta ulang tahun, hingga kenaikan jabatan. Dan yang mengikuti lomba ini sendiri rata-rata adalah orang-orang pribumi.

Ada pula yang berkata bahwa saat Belanda masih menguasai Indonesia, mereka pernah mewajibkan wilayah koloninya untuk memperingati Koninginnedag setiap tanggal 31 Agustus. Hari itu dimaksudkan untuk menghormati kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau.

Karena hal tersebut, semua masyarakat diminta untuk melakukan berbagai perayaan seperti festival, karnaval, hiburan, pasar kaget, wayang, termasuk salah satunya lomba panjat pinang. Panjat pinang di era kolonial disebut dengan de Klimmast, yang artinya memanjat tiang.

Pada tahun 1920-an, bahan makanan seperti beras, tepung, roti, keju, gula dan bahkan pakaian seperti kemeja menjadi barang yang diperebutkan di puncak panjat pinang. Hadiah tersebut masih dinilai mewah oleh orang-orang pribumi saat itu. 

Lomba Panjat Pinang Massal Meriahkan HUT RI Ke-71 di Jakarta. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

Saat itu, peserta panjat pinang terbagi di dalam beberapa regu untuk memanjat batang pinang setinggi 5-9 meter. Pinang tersebut sudah dilumuri pelicin. Mereka yang menjadi peserta dalam adalah dari kalangan pribumi.

Saat orang-orang pribumi bersusah payah memanjat pohon untuk memperebutkan hadiah, orang-orang Belanda saat itu justru menonton sambil tertawa. Artinya lomba panjat pinang mulanya adalah sebuah sarana hiburan orang Belanda di Batavia.

Namun, saat sudah merdeka dan panjat pinang "hanya" dijadikan ajang perlombaan hiburan, filosofi panjat pinang lebih dikaitkan dengan kerjasama, kerja keras, dan saling tolong menolong.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya