Tapak Tilas 5 Suku Indonesia yang mempunyai Tradisi Merantau
- VIVA.co.id/Irfan
VIVA Lifestyle – Ternyata ada beberapa suku di Indonesia yang gemar merantau. Bahkan, merantau sudah menjadi tradisi atau budaya yang sejak ratusan tahun lalu diturunkan oleh para leluhur mereka dan hingga kini.
Merantau merupakan perginya seseorang dari tempat asal di mana ia tumbuh besar di wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman sekaligus meraih kesuksesan.
Banyak orang Indonesia dari berbagai suku pergi dari tempat asalnya menuju dan menetap di wilayah lain. Bermacam-macam latar belakang, tujuan, dan motivasi yang mendorong mereka pergi merantau.
Dari sekian banyak suku itu, ada beberapa suku yang warganya melakukan aktivitas merantau dalam jumlah yang sangat signifikan, sehingga etnis tersebut dapat diklasifikasikan sebagai suku dengan budaya atau tradisi merantau.
Nah, suku apa saja itu? Simak ulasan Viva yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
1. Suku Minangkabau
Merantau sebenarnya tak bisa dipisahkan dari masyarakat Minangkabau. Asal usul kata "merantau" itu sendiri berasal dari bahasa dan budaya Minangkabau yaitu "rantau". Rantau pada awalnya berarti wilayah-wilayah yang berada di luar inti Minangkabau (tempat awal peradaban MinangkabauPeradaban Minangkabau mengalami beberapa periode atau pasang surut. Wilayah inti itu disebut "darek" (darat) atau luhak nan tigo. Aktivitas orang-orang dari wilayah inti ke wilayah luar disebut "marantau" atau pergi ke wilayah rantau. Lama bangun waktu rantau pun jadi wilayah Minangkabau.
Seorang laki laki Minangkabau saat menginjak usia dewasa muda (20-30 tahun) sudah pergi pergi merantau oleh budaya adat Minangkabau yang dianut suku tersebut sejak dulu kala, kapan kapan waktunya, tak bisa diketahui pasti. Namun, diperkirakan sekitar abad ke-7.
2. Suku Bugis
Suku Bugis juga termasuk suku yang gemar mengembara atau merantau. Seperti Minangkabau, keturunan suku Bugis-Makassar juga bertebaran di seantero Asia Tenggara. Hampir di semua wilayah Asia Tenggara terdapat komunitas Bugis-Makassar sejak berabad-abad yang lalu.
Diaspora manusia Bugis-Makassar intens terjadi semenjak kalahnya Kerajaan Gowa ketika melawan Belanda yang diakhiri dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang terasa sangat mengikat dan menghina kaum Bugis-Makassar.
Setelah kekalahan dari Belanda dan rasa tertindas oleh Perjanjian Bongaya, manusia-manusia merdeka Bugis-Makassar pun berhamburan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Dengan kapal mereka mengembara ke wilayah lain di Nusantara, bahkan juga ke sejumlah negara lain.
Keperkasaan pengembara-pengembara Bugis-Makassar juga terekam dalam hikayat-hikayat Bugis-Makassar, bahkan dalam hikayat Minangkabau. Tidak jarang terjadi konflik antara keduanya, Bugis-Makassar dan Minangkabau dalam perebutan kekuasaan di Kerajaan Melayu. Salah satunya adalah kasus perebutan tahta Kesultanan Johor di semenanjung Malaya.
3. Suku Banjar
Tanah asal Suku Banjar berada di Kalimantan Selatan, tetapi kita dapat menemukan keturunan Suku Banjar dalam jumlah yang cukup signifikan di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Jawa Timur, bahkan di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Aktivitas merantau orang-orang Banjar sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, bahkan dari beberapa tahun lalu. Keturunan mereka juga berkembang di wilayah-wilayah tersebut di atas. Di perantauan, identitas mereka masih bisa dikenal sebagai orang Banjar perantauan.
Migrasi keluar Pulau Kalimantan, bukan hanya oleh Suku Banjar. Namun, jauh dari tahun sebelumnya, tetangga Suku Banjar, yaitu manusia proto Suku Dayak Maanyan, diperkirakan telah melakukan migrasi ke Pulau Madagaskar.
Sejarah Madagaskar menceritakan bahwa keturunan bangsa itu adalah orang Indonesia dan diperkirakan dari orang Banjar. Total 30 perempuan dari Nusantara yang tahun lalu menemukan Madagaskar, hampir dipastikan dari Suku Banjar.
4. Suku Bawean
Populasi Suku Bawean memang tidak banyak, tetapi jika dihitung persentasenya, dibandingkan populasi keseluruhan, didapat angka yang cukup tinggi. Kampung halaman mereka di pulau kecil yaitu Pulau Bawean, di tengah laut luas antara dua pulau besar yaitu Kalimantan dan Jawa.
Mereka banyak merantau ke Malaysia sejak masih ramainya kota pelabuhan Malaka pada sekitar abad ke-19. Di Malaysia mereka dikenal lebih sebagai orang Boyan. Walaupun jumlah populasi perantaunya tidak begitu banyak, namun dapat dikategorikan bahwa orang Bawean termasuk manusia perantau sejak lama.
5. Suku Batak
Suku Batak termasuk yang belakangan melakukan aktivitas merantau. Meski budaya merantau Suku Batak tidak setua Suku Minangkabau, Banjar, dan Bugis, tetapi meratau kini sudah menjadi salah satu budaya Suku Batak.
Tradisi merantau Suku Batak baru sekitar satu lebih, yaitu abad 19 dan 20, tetapi itu berlangsung sangat intens akhir-akhir ini. Bahkan kini hampir seluruh Nusantara sudah ada orang dari Suku Batak.
Motif merantau orang Batak Toba sendiri terdapat dalam falsafah hidup mereka, yakni Hagabeon, Hasangapon, Habontaron, dan Harajaon. Bagi orang-orang dari Suku Batak merantau bertujuan untuk meraih kehidupan yang lebih baik, berusaha bertahan di suatu daerah, dan kehidupan baru di luar kampung halaman.
Nah, itu deretan suku di Indonesia yang memiliki tradisi merantau, sangat menarik ya!