Ini Bedanya People Pleaser dan Berbuat Baik, Awas Dimanfaatin! 

Ilustrasi tolong menolong
Sumber :
  • Pixabay/freeimages9

VIVA Lifestyle – Berbuat baik dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan, apalagi jika kita mampu, memang lah sebaiknya dilakukan. Namun, pernah kah kamu, ketika diminta bantuan, padahal kamu tidak bisa, namun kamu memaksa membantu karena perasaan tak enak menolak? Nah, bisa jadi kamu adalah people pleaser. Meski tampak mirip, namun, people pleaser dan berbuat baik adalah hal berbeda. Berikut penjelasannya

Berbeda dengan berbuat baik, menurut seorang social psychologist, Susan Newman, asal Amerika Serikat, people pleaser adalah orang yang memiliki kecenderungan untuk menyenangkan orang lain. People pleaser "menomorsatukan" kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri hanya untuk diterima, disukai, dan diandalkan di segala sesuatu. Apa saja ciri-ciri seorang people pleaser?  

- Sulit mengatakan "tidak"

- Selalu setuju dengan pendapat orang lain

- Merasa bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain

- Meminta maaf terlalu sering, meski bukan kesalahannya 

- Mudah memaafkan

Ilustrasi Saling tolong menolong

Photo :
  • vstory

Mengutip dari Healthline, people pleaser berbeda dengan berbuat baik dan melebihi kebaikan yang seharusnya dilakukan. Hal Ini melibatkan "mengedit atau mengubah kata-kata dan perilaku demi perasaan atau reaksi orang lain," jelas Erika Myers, seorang ahli terapis di Bend, Oregon, AS. 

Seorang people pleaser mungkin berusaha keras untuk melakukan sesuatu untuk orang-orang dalam hidupnya, berdasarkan apa yang ia anggap mereka inginkan atau butuhkan. Biasanya, seorang people pleaser akan memberikan waktu dan energinya untuk membuat orang - orang menyukai mereka. 

Safari Malam di Gurun Dubai, Berburu Scorpion hingga Menikmati Indahnya Langit Bertabur Bintang

Myers mengatakan, hal ini malah bisa membuat kebaikan berubah jadi menyebabkan masalah. “Dorongan untuk menyenangkan orang lain dapat merusak diri kita sendiri dan, berpotensi, pada hubungan kita ketika kita membiarkan keinginan orang lain lebih penting daripada kebutuhan kita sendiri,” kata Myers.

Ilustrasi pria marah/emosi.

Photo :
  • Freepik/nakaridore
AC Milan Berjuang Seperti Singa di Kandang Real Madrid tapi Jangan Sampai Terlena

Sebenarnya, menjadi people pleasure tidak secara inheren selalu negatif, menurut Myers. “Bagian dari menjalin hubungan dengan orang lain melibatkan mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan perasaan mereka." Kecenderungan ini sering datang dari tempat perhatian dan kasih sayang.

Tetapi, mencoba untuk mendapatkan perhatian orang lain biasanya berarti seorang people pleaser akan mengabaikan kebutuhan dan perasaannya sendiri. Di satu sisi, seorang people pleaser memang melakukan tindakan kebaikan. Ia akan melakukan apa yang menurutnya diinginkan orang sehingga mereka menyukainya. 

Klarifikasi Status T.O.P dan Seungri, BIGBANG Mantap Hanya Bertiga?

Seorang people pleaser berpura-pura senang membantu, karena ini adalah bagian dari membuat "orang bahagia" dan sebenarnya people pleaser tak terlalu bahagia saat melakukannya. 

Ini tidak sepenuhnya jujur, dan seiring waktu, menyenangkan orang dapat menyakiti diri dan hubungan dengan banyak orang. 

Menjadi people pleaser bisa menjadi boomerang dan berakhir tak baik, sebab, ungkap Mayers, people pleaser akan merasakan hal ini :

- Sering merasa frustasi dan marah

- Merasa tak dihargai meski sudah membantu

- Sering dimanfaatkan orang lain

- Jenis hubungan tak akan menyenangkan lagi

- Stres dan burnout

- Bahkan, pasangan dan teman atau orang sekitar merasa tak terlalu senang dengan kamu

Biasanya, menurut Myers, sikap people pleaser datang dari trauma yang belum sepenuhnya pulih. Belum ada penelitian pasti mengapa seseorang jadi people pleaser, karena sangat banyak alasan dan penyebabnya dalam satu individu. 

Ilustrasi lelah

Photo :
  • Times of India

Lanjur Myers, perilaku selalu ingin menyenangkan orang lain terkadang muncul sebagai respons terhadap rasa takut yang terkait dengan trauma.

Misalnya, jika pernah mengalami trauma, seperti pelecehan anak atau pasangan, pada suatu waktu, mungkin merasa tidak aman untuk mempertahankan batasan-batasan tertentu. Poople pleaser mungkin telah "belajar" bahwa lebih aman untuk melakukan apa yang diinginkan orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu.

Dengan bisa selalu membantu, maka membuat diri disukai, dan maka dari itu berada di titik aman.

Ada beberapa hal kecil yang bisa dimulai untuk tak menjadi people pleaser lagi, misalnya, menurut Myers : 

- Membantu dengan niat membantu, bukan agar disukai 

- Belajar untuk menaruh kepentingan diri sendiri di atas orang lain 

- Membuat batasan kepada orang lain

- Jangan menawarkan bantuan terus menerus, sesekali tunggu saja diminta bantuan. 

- Belajar menolak dan berkata "tidak"

- Pergi ke terapis, jika memang sudah sangat menggangu.

Nah, itu tadi adalah bedanya people pleaser dan berbuat baik. Tak ada salahnya menjadi baik dan suka membantu, ungkap Myers, namun memprioritaskan diri sendiri dan menghormati pilihan diri juga tak kalah penting.  

      

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya