5 Penulis Legendaris Indonesia, Tulisannya Ada di 42 Bahasa

Pramoedya Ananta Toer
Sumber :
  • Instagram

VIVA Lifestyle – Karya-karya sastra luar biasa Tanah Air, tidak dapat terlepas dari tangan dingin para Penulis legendaris Indonesia. Bahkan berkat tulisannya, mereka berhasil mencatatkan nama dalam sejarah dunia. Lewat tulisan, mereka telah banyak berkontribusi pada perjalanan panjang kesusastraan di Indonesia.

Sastrawan Goenawan Mohamad Nangis Karena Konstitusi Diacak-acak Penguasa

Dengan tetap menggunakan latar budaya Indonesia, para penulis legenda ini mampu menyuguhkan alur cerita yang apik dan dibacakan hingga ke berbagai penjuru dunia. Begitu berkesan, bermakna, dengan sentuhan sejarah yang kuat. Bahkan, karya-karya tersebut hingga sekarang tidak memudar dan masih banyak dicari sampai hari ini.

Nah, siapa sosok penulis legendaris di Indonesia? Simak ulasan yang VIVA rangkum dari berbagai sumber sebagai berikut:

Mengejutkan, Jaz Hayat Nyanyikan Ulang Lagu Legendaris Fly Me to the Moon

1. Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer

Photo :
  • U-Report
Mengungkap Asal Usul Tas Hermes Birkin yang Jadi Ikon Mode Dunia

Penulis kelahiran Blora ini dikenal lebih luas oleh generasi muda lewat film "Bumi Manusia". Oleh dunia, penulis yang sempat tiga kali tidak naik kelas ini dikenal sebagai sastrawan kontroversional.

Dia pernah dipenjara baik pada masa kolonial, masa Orde Lama, hingga Orde Baru. Karyanya yang paling terkenal adalah Tetralogi Pulau Buru, yang ditulisnya saat dipenjara. Yaitu "Bumi Manusia", "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan "Rumah Kaca".

Hingga akhir hidupnya, Pram sudah menulis lebih dari 50 karya, dan diterjemahkan ke dalam 42 bahasa asing. Saat Orde Baru, karya-karya Pram dianggap sebagai pro-ideologi komunis. Tapi dia menyatakan bahwa dirinya tidak memihak kepada ideologi manapun, melainkan hanya membela kebenaran yang harus dituliskan.

Demi keyakinannya itu juga, Pram mesti melewati banyak teror. Pada 1965, terjadi pembakaran perpustakaan dan koleksi arsip di rumah pribadinya di Rawamangun Utara oleh militer. K

arya-karyanya dilarang beredar, dan dia ditahan di Nusakambangan hingga diasingkan ke Pulau Buru. Hingga kini, Pram menjadi satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah menjadi nomine Nobel Prize untuk kategori sastra.

2. Buya Hamka

Lukisan Buya Hamka.

Photo :
  • U-Report

Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, adalah seorang sastrawan legendaris Indonesia yang populer dengan nama pena Buya Hamka, yang juga merupakan seorang ulama.

Pria kelahiran Sumatera Barat, 17 Februari 1908 ini kerap menuangkan gugatannya terhadap adat Minangkabau. Terutama, soal kawin paksa. Semasa hidupnya Ia berkiprah sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Terkhusus, dalam bidang filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, politik, Islam, maupun Barat.

Dua novel terlaris karya Buya Hamka ialah Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang telah difilmkan dan juga menceritakan tentang seorang gadis terjerat pernikahan paksa.

3. Taufiq Ismail

Taufiq Ismail.

Photo :
  • VIVAnews/Tri Saputro

Taufiq Ismail adalah penyair dan sastrawan yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1995. Sajak-sajaknya banyak dinyanyikan oleh grup musik Bimbo. Karya-karyanya telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa di antaranya Inggris dan Rusia.

Ia pernah mendapat Anugerah Seni dari pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), dan South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994).

4. NH. Dini

Sejumlah keluarga dan rekan berdoa sebelum jenazah sastrawan Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau NH Dini (82) dikremasi di Krematorium Gotong Royong, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 5 Desember 2018.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Nurhayati Sri Hardini atau lebih akrab dikenal dengan Nh. Dini merupakan salah satu penulis legendaris Indonesia yang masih eksis berkarya hingga usia senja. Dini adalah anak seorang pembatik Jawa yang hidup dan tumbuh dengan mendengarkan berbagai cerita sastra tradisional dari ibunya.

Berbagai karya sastranya ditulis dengan nada sederhana, agak konvensional, dan mengungkap sisi lain realita kehidupan peran manusia, terutama wanita.

Penulis angkatan 66 ini berhasil melahirkan tak kurang dari 40 judul buku. Ia juga dianugerahi berbagai penghargaan di panggung sastra internasional.

Adapun sejumlah karya tersohor Nh. Dini antara lain, On A Boat (1972), My Name is Hiroko (1977), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Heart of Peace (1998). Karya terbaru sekaligus yang terakhir berjudul Gunung Ungaran: Lerep di Lerengnya, Banyumanik di Kakinya, yang terbit di tahun 2018. 

5. Mochtar Lubis

Mochtar Lubis

Photo :
  • www.isekolah.org

Mochtar Lubis adalah penulis dan jurnalis Indonesia yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922. Karya novelnya antara lain adalah Tidak Ada Esok, Jalan Tak Ada Ujung, Senja di Jakarta, Tanah Gersang, Harimau! Harimau!, dan Maut dan Cinta yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.

Mochtar Lubis sempat mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award (1950) dan World Association of Newspapers' Golden Pen of Freedom Award (1967).

Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe (baju hijau) pemaparan tentang UWRF di Artotel Hotel Sanur

Sineas, Penulis, dan Seniman Berkumpul di Bali: UWRF 2024 Jadi Sorotan Dunia

Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), salah satu festival sastra tahunan terbesar di Asia Tenggara, akan kembali hadir dengan edisi ke-21 pada 23-27 Oktober 2024.

img_title
VIVA.co.id
12 Oktober 2024