Mengenal Tradisi Una-Una Ritual Penentu Kalender Suku Tengger
- timesindonesia.co.id
VIVA Lifestyle – Suku Tengger atau yang dikenal dengan nama Jawa Tengger adalah suku yang mendiami sekitar dataran tinggi Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Sebagian penduduk Suku Tengger menempati wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Malang.
Nama Tengger sendiri memiliki arti tegak atau berdiri tanpa gerak, sesuai dengan watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur. Diketahui, nama Tengger merupakan nama gabungan dari nama leluhur mereka yakni Rara Anteng dan Jaka Seger.
Suku Tengger juga dikenal memiliki sistem penanggalan yang berbeda dengan penanggalan di Indonesia. Sistem penanggalan Suku Tengger dilakukan dengan mengadakan tradisi yang bernama una-una yang diadakan setiap lima tahun sekali.
Mengutip beberapa sumber, Warga tengger beranggapan tradisi ini berasal dari Bahasa Tengger kuno yakni ‘Ngunan Wulan Ngelungguhe Taun’ dalam Bahasa Indonesia memiliki arti ‘menetapkan bulan dan tahun untuk lima tahun ke depan.
Dalam penanggalan Suku Tengger juga terdapat 12 bulan seperti penanggalan pada umumnya, namun yang membedakan adalah nama 12 bulan tersebut. Suku Tengger menamakan bulan-bulan pada penanggalan mereka dengan nama sebagai berikut:
Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kasangka, Kasadasa, Dhesta, dan Kasadha. Bulan-bulan tersebut memiliki jumlah hari yang sama layaknya kalender yang kita miliki di rumah, yakni 30 dan ada juga yang 29 hari.
Tradisi ini diawali dengan menyembelih kerbau yang dilakukan oleh tokoh adat, penyembelihan kerbau dilakukan sehari sebelum tradisi una-una dimulai. Mereka akan memisahkan bagian kepala, kaki dan kulit untuk diarak dan bagian daging akan diolah menjadi sate.
Seluruh warga Suku Tengger turut terlibat dalam tradisi ini, mulai dari anak-anak, dewasa hingga sepuh. Ketika una-una dilaksanakan, mereka akan mengenakan pakaian serba hitam dan tidak lupa mengenakan ikat kepala yang mereka sebut ‘udeng’.
Tidak lupa mereka juga menyiapkan sesaji yang sebelumnya telah disiapkan, semua sesaji itu diletakkan diatas keranda bambu yang sudah dihias yang kemudian semua sesaji itu akan diarak oleh seluruh warga Suku Tengger menuju Pura Wira Tunggal Jati yang dipimpin petinggi desa.
Sesampainya di pura, seorang tokoh dari Suku Tengger akan membacakan mantra ritual una-una yang mengandung doa-doa keselamatan untuk kesejahteraan suku Tengger dan alam semesta.
Dalam tradisi una-una, Suku Tengger diketahui juga menetapkan waktu yang mereka anggap baik guna melakukan cocok tanam, menentukan hari bagus pernikahan, penentuan hari raya Suku Tengger dan kegiatan lainnya.
Suku Tengger juga memanfaatkan tradisi una-una ini sebagai upacara bersih-bersih desa atau selamatan desa agar terhindar dari bencana dan malapetaka. Selain itu Suku Tengger juga memanfaatkannya sebagai ajang silaturahmi antara warga.