5 Fakta Hustle Culture dalam Pekerjaan, Pernah Mengalaminya?
- Pixabay/ Concord90
VIVA LIfestyle – Pekerjaan memang sesuatu yang harus diselesaikan sesuai dengan tenggat waktu. Namun karena terlalu ‘tenggelam’ saat bekerja, sering kali orang lupa untuk beristirahat. Padahal kondisi tersebut jelas tidak baik bagi kesehatan fisik dan mental.
Sayangnya dalam beberapa tahun terakhir ini banyak yang menormalisasikan budaya bekerja terlalu keras. Bahkan dinilai sebagai tanda keberhasilan dalam berkarier. Fenomena ini disebut hustle culture.
Menurut situs resmi Taylor’s University, hustle culture merupakan fenomena bekerja terlalu keras sampai menjadi sebuah gaya hidup. Hampir seluruh waktu dalam sehari dikerahkan untuk bekerja, melupakan kehidupan pribadi.
Apakah budaya hustle culture terjadi di lingkunganmu? Atau malah kamu sendiri sedang atau pernah terjebak dalam hustle culture? Dihimpun VIVA dari berbagai sumber, berikut 5 fakta tentang hustle culture.
Pengertian hustle secara harfiah berbeda
Menurut Cambridge Dictionary, kata hustle sendiri berarti aksi energik atau membuat seseorang bergerak cepat. Seiring berjalan waktu dan berkembangnya kehidupan, hustle culture menjadi istilah bermakna negatif seperti yang dikenali sekarang.
Muncul karena media sosial
Pada umumnya hustle culture lahir karena unggahan di media sosial yang menampilkan bekerja terlalu lama. Publik lama-kelamaan menganggap hal ini adalah sesuatu yang wajar. Kendati demikian, batas antara terlalu banyak bekerja dan kesuksesan menjadi tipis.
Memberikan efek stres
Seperti yang sudah disinggung di atas, fenomena ini berdampak buruk bagi mental. Ketika mengalami hustle culture, kamu akan terus berambisi mengejar kesuksesan tanpa henti, membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain, dan selalu merasa kurang. Ketiga faktor tersebut bakal menimbulkan pola berpikir yang tak sehat dan efek stres.
Menjurus kepada kondisi burnout
Budaya yang tidak sehat akan menghasilkan efek yang sama. Hal ini berlaku juga dalam hustle culture. Terperangkap dalam situasi ini akan menghasilkan kondisi burnout, di mana tak hanya otak yang kelelahan tetapi juga secara fisik dan emosional. Bila sudah menyangkut soal emosi, bisa saja orang-orang di sekitarmu ikut terkena dampak.
Ciptakan batasan diri dan cari distraksi
Agar bisa keluar dari lingkaran hustle culture, kamu harus mengetahui batasan diri. Segera beristirahat jika merasa otak dan badan sudah letih, jangan memaksa untuk menguras tenaga diri sendiri. Ingat, bekerja terlalu keras tidak sama dengan meraih keberhasilan.
Cari hobi atau distraksi di sela-sela pekerjaan agar kamu bisa merasa lebih rileks dalam kehidupan. Dengan begitu, kamu pun akan memperoleh work life balance atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.