Belajar dari Susi Pudjiastuti, Jadikan Keberanian Sebagai Modal Hidup

Susi Pudjiastuti
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

VIVA – Demi menciptakan dampak yang positif bagi masyarakat dan lingkungan, diperlukan lebih banyak orang lagi yang mampu dan mau membuat perubahan. 

Inisiatif Pengelolaan Sampah Puntung Rokok yang Menginspirasi

Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Monica Oudang, menyuarakan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak changemakers untuk menciptakan dampak yang mengakar dan berkelanjutan. 

"Kami percaya bahwa setiap individu memiliki kekuatan untuk membawa perubahan, sebuah kekuatan berupa bibit yang menunggu untuk ditumbuhkan. Kami hadir untuk memastikan bibit ini bisa berkembang dan bisa menghasilkan bibit-bibit yang lain," ujarnya saat acara Changemakers Nusantara Day, yang digelar virtual, Kamis 19 Mei 2022. 

Tips Ajarkan Anak Peduli pada Lingkungan, Bisa Sambil Kenalkan Keberagaman Habitat Dunia

Susi Pudjiastuti, changemaker yang pernah menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sekaligus pendiri organisasi Pandu Laut Indonesia, memberikan contoh bagaimana keberanian dan kolaborasi menjadi modal utama untuk melahirkan terobosan. 

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
PNBP Rawan Dijadikan Bancakan, Pakar IPB Desak Pemerintah Cabut Peraturan Menteri Lingkungan

"Sebuah modal yang tidak didapatkan sejak lahir, melainkan hal yang terasah sepanjang perjalanan hidup," kata dia. 

Susi pun mengapresiasi acara ini karena ia percaya bahwa dengan berkumpul, para pembawa perubahan bisa saling berbagi cerita dan mulai berkolaborasi. 

"Tergugah melihat permasalahan yang ada di sekitar, mendorong saya menjadi berani untuk mendobrak pakem-pakem. Di saat yang bersamaan, membuka mata saya akan pentingnya bergandengan dengan pihak lain untuk mewujudkan perubahan yang signifikan," tandasnya. 

Bersama Susi, Dimas Bagus Wijanarko, pendiri sekaligus ketua Yayasan Get Plastic Indonesia, menceritakan bagaimana sebagai seorang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bisa berhasil mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi sumber energi secara otodidak. 

"Empati saya terhadap permasalahan sampah plastik yang tidak kunjung selesai sangat tinggi, dan ini yang mendorong saya menciptakan inovasi. Saya pun harus menyelesaikan tantangan untuk memastikan teknologi yang saya ciptakan bisa inklusif untuk semua pihak," ungkap Dimas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya