Kesenjangan Dunia Kerja di Indonesia Tinggi, Ini Penyebabnya
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya gap antara demand dan supply dalam pasar tenaga kerja.
Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group, Shinta Kamdani, memaparkan permasalahan mismatch atau ketidaksesuaian antara supply dan demand tenaga kerja di Indonesia.
"Menurut penelitian LIPI, 4,6 persen tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9 persen tenaga kerja overeducated, dan 68,4 persen mengalami field of study mismatch," ujarnya saat Peluncuran Platform Pintar yang digelar PT Pintar Pemenang Asia, Selasa 17 Mei 2022.
Menurut Shinta, berbagai ketidaksesuaian tersebut menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji atau upah.
CEO Pintar Ray Pulungan, menambahkan, Pintar hadir untuk memberi solusi terhadap masalah seperti yang diterangkan oleh Shinta Kamdani tersebut, yaitu menjadi penjembatan skill gap di dunia kerja lewat kolaborasi dengan berbagai institusi.
Head of Learning Pintar, Grace Gunawan, menambahkan, pendidikan yang ditawarkan oleh Pintar tidak cuma berupa pendidikan formal, tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman.
"Pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ini yang kami perjuangkan di Pintar. Pintar hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Incoming Dean for School of Professional Studies, Shankar Prasad, mengungkapkan, sangat penting bagi institusi pendidikan tradisional seperti universitas untuk berkolaborasi dengan edutech seperti Pintar.
"Sebab, mereka mampu menciptakan konten-konten yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, mereka juga mampu menjangkau lebih banyak pembelajar dibanding institusi pendidikan tradisional," ungkapnya.
"Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi dalam keterampilan karyawan. Secara global teknologi sudah cukup maju, apa pun bisa dipelajari karena platform pembelajaran bisa diakses dengan mudah," imbuh Shankar Prasad.