Kisah dari Orang yang Pernah Merasakan Kematian
- pixabay
VIVA – Kematian seperti halnya jodoh dan rezeki, yang harus kita yakini kedatangannya. Di mana tiga perkara tersebut merupakan skenario dan ketentuan dari Allah SWT. Di mana tidak ada satu pun hambanya yang mengetahui, kapan datangnya tiga perkara tersebut.
Tiga perkara tersebut masih menjadi misteri dan datangnya selalu membuat hamba Allah akan dibuat terkejut. Begitu pun dengan perkara kematian, di mana semuanya telah Allah rencanakan sedemikian rupa.
Kematian seorang manusia itu perkara pasti, hanya saja kapan datangnya itu yang masih menjadi rahasia Ilahi. Kita sebagai seorang Muslim dianjurkan untuk percaya dan menyakin, jika perkara tersebut sudah ada ketentuannya.
Masih berhubungan dengan perkara kematian, sahabat Muslimah pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah 'Mati Suri'? atau biasanya disebut dengan keadaan dimana seorang muslim merasakan kematian dalam beberapa waktu dan mendapatkan kesempatan kembali untuk hidup di dunia.
Dalam Islam, perkara mati suri memang tidak pernah dibahas dengan secara jelas dan tuntas. Hanya saja, dalam Islam menafsirkan jika perkara kematian itu bukanlah seseorang benar-benar meninggal, hanya saja terjadinya perpindahan alam kehidupan sementara, sehingga dengan begitu Allah dengan mudahnya mengambil rohnya.
Penjelasan mati suri pernah dijabarkan dalam kitab suci Alquran, di mana perkara ini merupakan salah satu ujung tali roh yang terlepas namun dia masih bisa hidup, lantaran masih ada ujung lainnya yang terikat.
Alasan itulah yang membuat seorang Muslim ketika mendapati mati suri akhirnya bisa bangun kembali. Pembahasan mati suri memang memang menarik untuk dikupas tuntas. Namun di balik menariknya perkara mati suri, ada hal misterius nun membuat bulu kuduk jadi merinding.
Di baliknya seseorang yang pernah mengalami kematian dalam beberapa waktu, ternyata ada beberapa hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik.
Melansir laman NU Online, dikisahkan pada zaman dahulu ada sekelompok orang dari kaum Bani Israil yang ingin sekali mengetahui perihal kematian dan rasanya sakaratul maut. Karenanya, mereka memohon agar Allah menghidupkan kembali satu mayat yang ada di komplek pemakaman mereka.
Allah pun mengabulkannya. Mayat di salah satu kuburan dihidupkan kemudian bercerita kepada mereka tentang panasnya kematian yang belum juga hilang rasanya hingga hari itu. Padahal, kematian yang dialaminya sudah berlangsung seratus tahun.
Sebagaimana hadits shahih yang menyampaikan kisah tersebut, “Suatu ketika ada sekelompok orang dari Bani Israil yang datang ke sebuah kuburan. Mereka berkata, ‘Andai kita shalat dan berdoa kepada Allah agar mengeluarkan seorang yang sudah meninggal kepada kita, kemudian kita bertanya kepadanya tentang kematian.”
Akhirnya, mereka shalat dan berdoa. Dalam pada itu, tiba-tiba ada satu mayat mengeluarkan kepalanya dari dalam kubur. Tampak di antara kedua matanya ada bekas sujud. Ia lalu bertanya, “Wahai orang-orang, apa yang kalian inginkan? Aku meninggal seratus tahun yang lalu. Namun, panasnya kematian belum hilang hingga sekarang. Maka berdoalah kalian agar mengembalikanku kepada keadaanku semula’.”
Sebenarnya, apa yang disampaikan oleh mayat tersebut menunjukkan betapa beratnya ketika seorang hamba pada saat mengalami kematian, termasuk orang shaleh maupun sholeh sekalipun. Sebab, menurut hadits di atas, mayat yang dihidupkan itu termasuk orang yang rajin beribadah.
Dan berdasarkan kisah dalam hadis tersebut, kita dapat memetik sebuah hikmah atau pelajaran, seperti yang ada berikut ini.
1. Terbuktilah bahwa karomah orang-orang shaleh itu ada. Salah satunya Allah menghidupkan orang yang sudah meninggal dan berbicara kematian kepada mereka.
2. Betapa berat dan panasnya kematian yang dialami seorang hamba. Seorang hamba mukmin dan ahli sujud saja merasakan betapa berat dan panasnya kematian tersebut. Padahal, ia meninggal sudah seratus tahun yang lain. Bagaimana yang dirasakan oleh seorang hamba yang kufur dan zalim.
3.Seseorang yang ingin memohon perkara besar dianjurkan menunaikan shalat dua rakaat terlebih dahulu, sebagaimana orang-orang yang dikisahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
4.Allah Ta'ala senantiasa mengabulkan doanya orang-orang shaleh, walaupun bentuknya bertentangan dengan adat dan kebiasaan manusia.