Kisah Haru Bocah Suriah Ceritakan Suasana Puasa di Negerinya

Cerita haru puasa bocah di Suriah
Sumber :
  • Ayatuna Ambassador

VIVA – Suasana Ramadhan di Tanah Air disambut dengan suka cita, mulai dari nuansa hangat kebersamaan buka puasa hingga ramainya rumah ibadah untuk bebas shalat tarawih. Namun, kondisi sebaliknya justru dirasakan anak-anak yang harus menangis ketakutan akibat suasana horor penuh teror di Suriah.

Jatuhnya Rezim Assad Bangkitkan Ekonomi Suriah, Pasar Kuno Era Ottoman Kembali Ramai

Kondisi penuh haru itu diungkap oleh seorang anak perempuan asal Suriah Utara dalam kanal youtube Ayatuna. Anak perempuan dengan mata berbinar itu bernama Khadija. Ia menuturkan, konflik di Suriah yang berkepanjangan mendatangkan penderitaan masyarakat di sana.

Tak terkecuali pada anak-anak yang memicu tangis ketakutan. Khadija pun membagikan pengalaman hidupnya selama hidup di wilayah konflik dan selalu dihantui oleh rasa khawatir dengan bunyi bom yang bergemuruh.

Rusia Pindahkan Rudal Canggih dari Suriah ke Benghazi dan Tobruk

"Hidup kami sepanjang perang, penuh dengan rasa takut dan teror. Ketika kami mendengar suara pesawat, kami semua berlari mencari ibu dan mulai menangis. Ibu memeluk kami dan mengajak membaca syahadat," bebernya.

Suasana di Suriah

Photo :
  • Ayatuna Ambassador
Dubes Djumala: BNPT Memantau Seksama Situasi Suriah Pasca Tumbangnya Assad

Beruntung, Khadija memiliki ibu yang begitu menyayangi dan mampu menenangkannya saat gemuruh bom menggema. Di sisi lain, Khadija dan anak-anak lainnya harus menahan tangis melihat kediamannya hancur di depan mata.

"Alih-alih hidup bahagia dan nyaman, kami hidup di bawah kehancuran karena bom, teror, kemiskinan, kelaparan dan ketakutan, kami sangat takut. Pesawat tempur mengebom kami terus terusan. Melihat rumah kami dihancurkan di depan mata," terang Khadija.

Terlepas dari semua derita hidup yang Khadija jalani, anak perempuan ini senantiasa bersyukur dengan apa yang Allah berikan. Termasuk dengan makanan yang diberikan, selama itu halal dan mampu membuat perutnya tetap kenyang, kondisi apapun itu membuatnya merasa lebih baik.

"Alhamdulillah atas semua. Jika kami punya roti, maka kami punya segalanya di rumah, kulkas kami akan terisi penuh. Kadang ibu tidak punya roti, jadi dia meminta kepada pemilik toko yang menjual roti. Ibu berhutang padanya agar bisa membawakan kami pulang roti," jelasnya seraya menitikkan air mata.

Kendati begitu, segala kondisi yang dialami Khadija dijadikan pembelajaran di mana semua sudah menjadi takdir dari Allah SWT. Ia bersyukur masih bisa mendapat kasih sayang dari Allah dengan semua rezeki yang didapatkan selama konflik berlangsung. Ia berharap, rezeki itu tak pernah padam hingga konflik nantinya akan redam.

"Kami ucapkan alhamdulillah karena Allah menjawab doa kami. Saya ingin memberi pesan kepada orang yang memberi kami roti dan zakat, kami mohon untuk terus berikan kami roti dan zakat karena Allah akan membalas mereka dengan surga," pungkasnya sembari tersenyum.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya