Suka Duka Wisnu, 5 Tahun Jadi Manusia Silver

Wisnu manusia silver
Sumber :
  • YouTube VDVC Talk

VIVA – Fenomena manusia silver merupakan sebuah dilema dalam kondisi sosial masyarakat. Jika diamati lebih lanjut, manusia silver ini adalah sebuah pelarian masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Terlebih di tengah pandemi covid-19, banyak orang yang terpaksa harus di-PHK atau pengurangan jumlah karyawan. Sejak pandemi, semakin banyak terlihat manusia silver di jalanan ibukota khususnya Jakarta dan Bandung.

Pantesan Andre Taulany Kerja Keras, Ternyata Segini Uang Jajan untuk Anaknya

Manusia silver menggunakan cat yang terdiri dari cat sablon, minyak tanah atau minyak goreng, dan sabun cuci piring. Jika menggunakan minyak tanah, maka warnanya akan terlihat lebih terang. Sementara minyak goreng akan membuat cat tersebut lebih gelap.

Semula aksi manusia silver dilakukan untuk menarik perhatian publik dalam ajang penggalangan dana. Tapi semakin ke sini, banyak orang yang menjadikan manusia silver sebagai mata pencaharian. Kini manusia silver bisa ditemukan dengan mudah di tempat-tempat wisata ataupun di persimpangan jalan Ibu Kota.

Uang Asli atau Uang Palsu?Begini Cara Bedakan Uang Asli dan Palsu yang Super Mudah

Campuran Cat dengan Minyak Sayur

Wisnu manusia silver

Photo :
  • YouTube VDVC Talk
Waspada Uang Palsu Beredar, Begini Langkah Mudah Mengecek Keaslian Rupiah

Salah satu manusia silver asal Bandung adalah Wisnu. Dia menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2017 silam. Awalnya Wisnu bekerja sebagai kuli bangunan, namun karena penghasilannya tak mencukupi sehingga harus cari tambahan biaya untuk bertahan hidup.

Dalam kanal YouTube VDVC Talk program Vois Podcast yang dipandu oleh Indy Rahmawati berjudul Manusia Silver, Seniman atau Pengemis? pada tanggal 4 April 2022, Wisnu mengisahkan perjuangan serta suka duka menjadi manusia silver. Dia mengawali pembicaraan bagaimana mengoleskan cat silver itu di tubuhnya.

“Ini gak kering, jadi dicampur minyak, paling kalau udah terlalu mungkin minyaknya nyerap jadi lebih sedikit kayak lengket, setelah 3 atau 4 jam.

Campurannya minyak sayur, pewarna bubuk silver yang banyak bahannya kadang anak anak pakai yang dari sablon atau aluminium juga. Nanti kita tes di tangan. Kalau saya tahannya 6 sampai 7 jam, ya paling pagi jam 8 atau jam 9 sampai sore jam 4,” kata Wisnu.

Jika cat silver, Wisnu harus mengoleskan lagi sebanyak dua hingga tiga kali dalam sehari. Tak jarang dia kepanasan di bawah terik matahari demi mengedepankan atraksinya di depan orang-orang yang lalu-lalang di jalan. “Aku keringatan, paling luntur sedikit tinggal oles, dua atau tiga kali oles,” ucap dia.

Awali Pekerjaan Sebagai Kuli Bangunan

Wisnu manusia silver

Photo :
  • YouTube VDVC Talk

Pada tahun 2017, Wisnu bersama temannya di daerah Purwakarta menjadi kuli bangunan. Dia libur setiap hari Sabtu dan Minggu dan berkesempatan mencari pekerjaan sampingan demi menambah uang jajan.

“Kalau hari sabtu minggu kan kosong kadang hari biasa juga ada kosong jadi cari kerja buat tambahan jajan dan buat makan. Saya ketemu anak silver, komunitas silver Bandung di Pasteur, saya main kesitu dan mereka ajak. Awalnya janjian dulu bisa kapan karena mereka kan tiap hari. Saya coba dan diajarin cara pakainya,” tutur Wisnu lagi.

Wisnu menjelaskan bahwa ada teknis saat mengoles cat silver ke tubuh. Harus satu arah, agar tubuh terlihat mengkilap dan harus hindari area kelopak mata.

“Harus satu arah olesnya supaya mengkilap, jangan kena mata, makanya pakai kacamata, pedih kalau kena. Aku pernah kena mata awal awal gak tau jadi saya langsung usap. Jadi pakainya di sekeliling mata aja,” ujar dia.

Diajarkan Gerakan Seni

Wisnu manusia silver

Photo :
  • YouTube VDVC Talk

Menurut Wisnu, komunitas silver di Bandung itu adalah seniman. Mereka mengajari Wisnu beberapa gerakan seperti pantomim dan berdiam seperti patung. Gerakan tersebut yang menjadi daya tarik penonton sehingga menghasilkan pundi-pundi rupiah.

“Anak silver Bandung itu kan seniman jalanan sebenarnya jadi mereka ajarin cara kayak jadi patung, gerakan tangan, kayak pantomim, kata mereka itu yang bisa menjual karena dikasih unjuk ke penonton,” ungkap Wisnu.

Wajar kalau Wisnu merasa lelah karena sesekali menahan gerak seperti patung. Dia diam di bawah terik matahari, beratraksi, berjalan dan bergerak menghibur penonton. Menurutnya gerakan diam seperti patung justru yang paling melelahkan.

Suka Duka Jadi Manusia Silver

Wisnu manusia silver

Photo :
  • YouTube VDVC Talk

Wisnu pernah merasa takut dan malu saat awal-awal menjadi manusia silver. Dia harus beratraksi di tengah jalan atau pinggir jalan yang manta banyak kendaraan berlalu lintas. “Awal-awal deg-degan takut kesenggol mobil atau motor, awalnya malu banget tapi lama-lama biasa aja. Ya udah dilakukan aja,” ucap Wisnu.

Wisnu mengumpulkan uang sebanyak Rp20 ribu hingga Rp25 ribu selama hampir dua jam. Semakin lama dia beratraksi, semakin bertambah penghasilannya. Wisnu mengatakan penonton memberikannya uang mulai dari Rp100 hingga paling besar Rp5 ribu. Sangat jarang uang dengan nominal Rp10 ribu dia dapatkan dari penonton.

“Hasilnya ya cukuplah. Sehari mulai 20 ribu sampai 25 ribu kalau dua jam. Orang-orang ngasih ada yang 100 perak, sampai 5.000. kalau 10 ribu jarang banget. Lumayan buat nambah-nambah jajan. Enaknya jadi manusia silver ya ada teman di mana aja, senang aja ketemu orang bikin mereka heran lihat ekspresinya. Orang-orang heran ini apa sih,” tutur Wisnu menjelaskan.

Wisnu menuturkan suka duka selama lima tahun menjadi manusia silver. Dia sering kelelahan dan kepanasan di bawah terik matahari. Badannya letih dan khawatir dengan kesehatan kulitnya. “Gak enaknya ya capek, di bawah matahari, pegal. Efek ke kulit juga, sejauh ini kalau di saya gak ada (efek ke kulit), kalau orang ada yang merah-merah dan gatal. Mungkin karena kulitnya gampang gatal,” ungkap dia.

Hingga saat ini Wisnu masih menganggap menjadi manusia silver adalah hobi. Dia tak memperdulikan omongan orang yang menganggap manusia silver sebagai pengemis. Menurut Wisnu ada nilai seni saat dia menjadi manusia silver.

“Saya anggapnya dua-duanya (seniman dan untuk cari uang), saya hobi di situ. Keluarga izinin, pernah ngobrol sama orang tua. Ya cerita aja kalau ada kerjaan tambahan kayak gini terus katanya ya nggak apa-apa asal gak jadi jahat dan asal halal. Itu pesan mama,” ujar Wisnu.

“Banyak kak, di berita kalau manusia silveri itu pengemis. Kalau dari saya, ya mereka gak tau kita menghadapi apa, tergantung kita menjalani aja karena maksudnya ya baik untuk cari uang,” ucap Wisnu.

Wisnu merasa saat ini semakin banyak yang menjadi manusia silver. Apalagi sejak pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020, orang-orang mulai tertarik menjadi manusia silver sebagai ajang mencari tambahan biaya hidup. “Orang kan gak tau susahnya bagaimana, kan sekarang makin banyak manusia silver apalagi pas COVID-19,” ungkap dia.

Wisnu menganggap sah-sah saja jika ada orang yang ingin menjadi manusia silver. Menurutnya, selagi uang yang dihasilkan dengan cara halal tentu tidak akan menjadi masalah besar. Apalagi dengan menjadi manusia silver, Wisnu jadi punya banyak teman. “Siapapun bisa jadi manusia silver, kadang ada yang memang buat cari uang. Kalau saya kan udah dapat dua duanya (cari uang dan untuk hobi) karena udah dapat teman juga,” ungkap Wisnu menjelaskan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya