Hukum Mandi Junub dan Tata Cara Agar Puasa Sah

Ilustrasi mandi
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Mandi junub atau yang juga kerap disebut dengan mandi wajib ini adalah proses membersihkan atau mensucikan diri dari hadas besar. Dilansir dari NU Online, sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6, dikatakan bahwa "Dan jika kalian junub maka bersucilah."

Seperti telah diketahui, salah satu hal yang membatalkan puasa adalah melakukan jima' atau bercinta dengan suami atau istri. Namun, bukan berarti aktivitas seksual harus dihentikan sepanjang puasa. Allah Azza wa jalla menerangkan, seorang suami istri boleh melakukan jima' setelah berbuka puasa. Hal ini seperti diterangkan dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 187, yang berbunyi:

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka.

Adapun seseorang yang diwajibkan mandi wajib apabila  bersetubuh (hubungan seksual). Yang dimaksud bersetubuh adalah masuknya (penetrasi) dzakar ke dalam vagina.  Kedua, keluar mani (sperma), baik disebabkan mimpi basah, masturbasi atau lainnya, disertai rasa nikmat atau tidak. Mani adalah cairan kental putih yang keluar dari kemaluan ketika mengalami ejakulasi. Pada biasanya, keluar mani ditandai dengan muncrat, rasa nikmat dan berbau anyir. Adapun cairan agak pekat yang keluar sebelum ejakulasi, tidak termasuk mani namun disebut madzii yang dalam ilmu kedokteran diistilahkan emisi.

Ketiga, haid (menstruasi), keempat nifas, kelima ibu melahirkan, keenam orang muslim yang mati harus dimandikan kecuali orang yang mati syahid. Mandi wajib harus dilakukan dengan baik dan benar dan berurutan agar ibadah sholat dan puasa yang akan dijalankan tidak sia-sia. Sebab, suci dari hadas besar dan kecil merupakan syarat sahnya ibadah baik sholat, membaca Alquran maupun untuk beriktikaf.

Dalil mandi junub atau mandi wajib itu termaktub dalam Alquran. Allah SWT berfirman yang artinya:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian melakukan sholat di masjid dalam keadaan mabuk, sebelum kalian sadar dan mengerti apa yang kalian ucapkan. Jangan pula kalian memasuki masjid dalam keadaan junub, kecuali bila sekadar melintas tanpa maksud berdiam di dalamnya, sampai kalian mandi” (QS an-Nisaa: 4).

Ilustrasi keramas atau mandi

Photo :
  • Pixabay

Doa Niat Mandi Junub

1. Doa mandi junub bagi suami-istri usai berhubungan badan Nawaitul Ghusla Liraf'il Hadatsil Akbari Fardhan Lillaahi Ta'aala Artinya: Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar, fardhu karena Allah ta'ala.

2. Doa mandi junub usai berhentinya darah nifas Nawaitul Ghusla Lirafil Hadatsil Nifasi Lillahi Ta’ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah ta’ala.

3. Doa mandi junub usai masa menstruasi Nawaitul Ghusla Lifraf il Hadatsil Haidil Lillahi Ta'ala Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta'ala.

Tata Cara Mandi Junub

  1. Membaca niat.
  2. Mendahulukan mengambil air wudu, yakni sebelum mandi disunatkan berwudu terlebih dahulu.
  3. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan dari pada kiri.
  4. Mengucap 'Bismillahirrahmaanirrahiim' pada permulaan mandi.
  5. Membasuh seluruh badan menggunakan air, yakni meratakan air ke semua rambut dan kulit.
  6. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh badan.
  7. Membasuh badan sampai tiga kali.
  8. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu.
  9. Hukum Mandi Junub Setelah Imsak

Apakah hal tersebut diperbolehkan atau menunda mandi setelah melewati imsak dapat membatalkan puasa?

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadis di atas, para ulama menyimpulkan bahwa hukum mandi junub setelah imsak adalah mubah (diperbolehkan). Bahkan ulama juga mengatakan mandi junub boleh diakhirkan hingga waktu subuh, mengingat saat salat subuh tentu harus sudah dalam keadaan suci. Kemudian, puasa seseorang yang mandi junub setelah imsak tetap sah. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Rasulullah SAW pernah melakukan mandi junub di waktu fajar. Beliau tetap menjalankan puasa dan tidak perlu mengqadha. Sahnya puasa ketika seseorang mandi junub setelah imsak, dipertegas lagi dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan Al-Muwathatha'.

Aisyah radhiyallahu 'anha: "Seorang lelaki berhenti di pintu lalu berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan aku ikut mendengar, 'Wahai Rasulullah, aku masih junub ketika masuk waktu subuh, padahal aku ingin berpuasa'"

"Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Aku juga pernah pada subuh tengah junub dan aku ingin berpuasa maka aku pun mandi dan berpuasa'"

"Laki-laki itu berkata lagi, 'Wahai Rasulullah, Anda tidak sama seperti kami. Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang telah lampau maupun yang akan datang'"

"Beliau pun bersabda, 'Demi Allah! Aku sangat berharap agar aku menjadi orang yang paling takut kepada Allah dibandingkan kalian semua. Aku yang paling tahu dengan aturan yang bisa membuat aku bertakwa'”.

Namun, apakah boleh kita melakukan mandi junub setelah adzan subuh di bulan puasa?

Hal tersebut kemudian dijelaskan oleh Ustadz Abdul Somad dikanal YouTube Cahaya Islami 26 'Apakah Sah Mandi Junub Setelah Subuh' yang diunggah pada 1 Mei 2020, begini penjelasannya:

Ustadz Abdul Somad menerangkan, ada hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatina Ummul Mukminin Aisyah ra, yaitu:

Ilustrasi mandi.

Photo :
  • U-Report

Ada datang seorang laki-laki menjumpai Nabi Muhammad SAW dan mengatakan, “saya ketika bangun pagi dalam keadaan junub, belum mandi wajib dan saya mau puasa”.

Lalu, Nabi Muhammad SAW menjawab, “aku (Nabi Muhammad SAW) pernah juga bangun pagi dalam keadaan junub, lalu aku mandi wajib dan aku berpuasa”.

Kemudian, laki-laki itu membalas, “Ya Rasulullah, engkau tak sama seperti kami, kau kan Nabi, dosamu yang lalu dan yang akan datang sudah diampunkan Allah SWT”.

Mendengar jawaban tersebut, nabi marah lalu nabi menjawab, “Demi Allah, aku orang paling takut pada Allah”. Maka, menurut Ustadz Abdul Somad, jika berhubungan suami istri kemudian adzan subuh, maka tetap lanjutkan puasanya.

Ramadhan Jadi Berkah untuk Produsen HP China

Bahkan, kata Imam Nawawi, sepakat seluruh ulama di berbagai negeri bahwa orang yang junub ketika subuh itu puasanya sah, jadi lanjutkan puasa. Maka, diperbolehkan mandi junub setelah adzan subuh dan puasanya tetap sah. Namun, yang tidak boleh itu berhubungan suami istri setelah adzan subuh atau di siang hari saat puasa Ramadhan.

Hasil Kolaborasi Kemenag, KPI dan MUI Hasilkan Pemenang Anugerah Syiar Ramadan 2024
Marshanda

Marshanda Lakukan Hal Ini Hingga Berhasil Turunkan Berat Badan Sampai 20 Kg

Tidak mudah, perjuangan Marshanda untuk menurunkan berat badannya itu tidaklah instan.

img_title
VIVA.co.id
4 September 2024