Mengenal Sunan Bonang, Pendakwah yang Mengubah Aliran Sungai
- wikimedia.org
VIVA – Sunan Bonang yang memiliki nama asli Syekh Maulana Makhdum Ibrahim merupakan anak dari seorang Raden Ali Rahmatullah Sunan Ampel bin Syekh Ibrahim Asmaraqandi. Lahir pada tahun 1465, Sunan Bonang menghembus nafas terakhirnya di usianya saat itu menginjak 60 tahun atau tepatnya pada tahun 1525.Â
Sunan Bonang juga merupakan salah satu Wali Songo yang telah menyebarkan dakwah agama Islam di Tanah Jawa pada abad ke-14 Masehi.Â
Sebagai seorang pendakwah yang memiliki jiwa seni yang tinggi, Sunan Bonang dikenal cukup kreatif dalam memberikan dakwahnya. Di mana, beliau menggunakan sejumlah perangkat seni yang dimilikinya untuk menebarkan dakwah agama Islam. Salah satu yang selalu dibawanya yaitu gamelan dan karya sastra miliknya.
Sunan Bonang dari sejak dini sudah mendapatkan banyak ilmu serta pendidikan nilai-nilai agama Islam dari kedua orangtuanya. Di mana, sang ayah yang merupakan salah satu Wali Songo yakni Sunan Ampel, sedangkan sang ibu merupakan puteri dari Arya Teja, Bupati Tubah yakni Nyai Ageng Manila.
Jadi tidak heran jika Sunan Bonang, menjadi salah satu pendakwah yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.Â
Sunan Bonang dikenal memiliki kecerdasan dan keuletan yang luas dalam menuntut ilmu, hingga membuat sosok Wali Songo satu ini menguasi begitu banyak hal. Mulai dari arsitektur, sastra, seni, ilmu fiqih, ushuluddin, tasawuf hingga bela diri seperti pencak silat.
Keluarga Sunan Bonang
Sunan Bonang atau yang lebih dikenal dengan Syekh Maulana Makhdum Ibrahim merupakan anak dari Raden Ali Rahmatullah Sunan Ampel bin Syekh Ibrahim Asmaraqandi.Â
Syekh Ibrahim Asmaraqandi merupakan kakek Sunan Bonang yang memiliki nama asli Ibrahim Al-Ghazi bin Jamaluddin Husein. Yang mana Ibrahim Al-Ghazi merupakan ulama terkemuka keturunan Turki-Persia dari daerah Samarkand, di negeri Uzbekistan.Â
Pada akhir abad ke-14, Syekh Ibrahim Asmaraqandi tinggal di Yunan, Cina Selatan. Nama Sunan Bonang mengakomodir nama kakeknya Ibrahim Al-Ghazi.
Sedangkan, berbicara garis keturunan perempuan, ibunya bernama Dewi Candrawati atau disebut Nyai Ageng Manila, putri dari Arya Teja, seorang Adipati Tuban semasa Kerajaan Majapahit berdiri.Â
Sunan Bonang lahir pada tahun 1448 M di Tuban, dan mempunyai saudara, salah satunya Raden Qasim yang bergelar Sunan Drajat, Siti Syari'ah, Sunan demak dan Dewi Murtasiyah. Beliau memiliki 3 anak kandung yang diberi nama Dewi Ruhil, Jayeng Rono, dan Jayeng Katon.
Untuk memperingati dan menghormati wafatnya Sunan Bonang, di kota Tuban sendiri setiap tahunnya diadakan upacara peringatan Haul Sunan Bonang. Biasayan peringatan tersebut dilakukan setiap bulan Muharram (Sura) pada malam Jumat Wage.
Asal Usul Nama Sunan Bonang
Setelah mengetahui siapa keluarganya, ada baiknya kita mengenal lebih dalam dari sosok Wali Songo yang menyebar dakwah Islam di Tanah Jawa ini. Yakni Sunan Bonang, di mana namanya tersebut sebenarnya bukanlah nama yang sesungguhnya.Â
Beliau sebenarnya memiliki nama asli yang sudah disebutkan sebelumnya di atas yaitu Raden Maulana Makdum Ibrahim.Â
Nama Sunan Bonang sendiri ternyata ada asal usulnya. Â Bermula dari Raden Maulana Makdum Ibrahim yang kerap bepergian melakukan dakwan agama Islam dengan memberikan unsur seni di dalamnya hingga pada akhirnya terciptalah sebuah alat musik tradisional yang bentuknya sangat mirip dengan sebuah gong. Gong milik Raden Maulana Makdum Ibrahim ini ukurannya lebih kecil, kurang lebih seukuran piring.
Nah, alat musik yang digunakan untuk berdakwah itu dinamakan musik bonang. Di mana pada zaman sekarang, alat musik tersebut lebih dikenal dengan gamelan Jawa.Â
Alat musik ini awalnya memiliki enam buah gong kecil yang diletakkan di atas bingkai kayu. Tapi sekarang jumlahnya bisa melebihi dari enam. Nah dari alat musik inilah nama Sunan Bonang tercetus.
Seni Berdakwah ala Sunan Bonang
Dalam menyebarkan agama Islam, setiap orang punya caranya masing-masing. Dan kalau bisa kita harus memiliki banyak ide agar orang-orang yang mendengar dakwah kita tidak menjadi bosan atau justru malas mendengarnya.Â
Itulah yang dilakukan oleh salah satu Wali Songo dalam memberikan dakwah agama Islam. Sunan Bonang dikenal dengan caranya yang unik dan kreatif dalam memberi dakwah kepada jamaahnya.
Di mana Sunan Bonang memilih menggunakan alat musik tradisional gamelan untuk menemaninya sambil berdakwah. Â Dengan menggunakan cara unik dan mengandung unsur tradisional ini, Sunan Bonang benar-benar yakini jika ini menjadi cara paling jitu untuk berdakwah agama Islam.Â
Dan benar saja, banyak masyarakat terhipnotis dan fokus memerhatikan Sunan Bonang berdakwah yang sambil memainkan alat musik gamelan. Sunan Bonang memilih untuk berdakwah dengan seni Jawa, gamelan lantaran agar bisa diterima oleh masyarakat Jawa pada masa itu tanpa adanya paksaan.
Karena suaranya yang merdu saat berdakwah sambil bermain gamelan, membuat masyarakat berdatangan dan penasaran ingin menyaksikannya. Setelah membuat masyarakat simpati, barulah Sunan Bonang menyisipkan beberapa ajaran agama Islam pada masyarakat melalui tembang yang dinyanyikan.
Dimana tembang-tembang yang dibawakannya itu berisi nilai-nilai agama Islam. Sehingga, tanpa disadari membuat banyak masyarakat jadi mau ikut mempelajarai ilmu agama Islam.
Perjalanan berdakwah beliau pun dimulai dari kota Kediri, Jawa Timur. Di mana, pada waktu itu Sunan Bonang mendirikan sebuah langgar atau musala yang berlokasi di pinggir Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal.
Seusasinya melakukan dakwah di Kota Kediri, beliau langsung melanjutkan menyebar ilmu agama Islam ke aerah Demak Jawa Tengah.  Saat di Demak dulu, beliau tinggal di Desa Bonang. Konon, beliau juga mendapat julukan sebagai Sunan Bonang karena lama bermukim di desa ini.
Sunan Bonang Ubah Aliran Sungai Brantas
Sosok Wali Songo satu ini memang luar biasa, di mana dia juga mmapu mengubah aliran Sungai Brantas. Â Dimana dalam sejarah Sunan Bonang, beliau mengubah aliran sungan dengan pengetahuan serta keahlian yang dimiliknya.
Diubahnya alirang Sungai Brantas pun karena ada maksud dan tujuannya. Dimana, pada proses penyebaran agama Islam atau berdakwah, ada wilayah yang menolak untuk diajarkan agama Islam oleh-Nya.
Oleh karena itu, bagi wilayah mana pun yang menolak ajaran agama Islam dibuat menjadi kekeringan tanpa adanya air sedikitpun. Begitupun sebaliknya, di beberapa wilayah yang menerima ajaran beliau justru dilimpahkan banyak air.
Masa Muda Sunan Bonang
Sunan Bonang merupakan salah satu Wali Songo yang banyak menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu dari ayahnya, Sunan Ampel. Pendidikan Islam diperoleh Raden Makdum Ibrahim pertama kali dari ayahnya sendiri di pesantren Ampeldenta.
Sejak kecil, Sunan Ampel sudah mempersiapkan putranya itu sebagai penerus untuk mensyiarkan ajaran Islam di bumi Nusantara. Selain itu, Sunan Bonang juga menimba ilmu kepada Syekh Maulana Ishak, dari kerajaan Samudera Pasai, Aceh.Â
Sunan Bonang dikenal sebagai penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, usuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur dan ilmu kedigdayaan. Nah setelah beranjak dewasa, sosok Wali Songo Raden Makdum Ibrahim ini pun memutuskan untuk pergi ke negeri Pasai, Aceh, untuk berguru dan menambah ilmu kepada Syekh Maulana Ishak, ayahanda Sunan Giri.Â
Sunan Bonang dari sejak kecil sudah terlihat cerdas dan ulet dalam menimba ilmu. Belaiu dulu, selain dibimbing oleh Sunan Ampel dan Syekh Maulana Ishak, Sunan Bonang juga berguru pada banyak ulama lainnya.
Pencipta Lagu Tombo Ati
Kalian pasti tidak asing lagi dengan judul lagu 'Tombo Ati", yang selalu senter terdengar pada momen Ramadan tiba. Jika mendengar lagu religi ini pasti yang kita ingat adalah penyanyinya, yaitu Opick.
Tahukah kalian, ternyata lagu dari Tombo Ati ini sebenarnya ciptaan lagu dari Sunan Bonang pada waktu itu.
Tombo ati merupakan lagu religi yang dikemas dengan bahasa Jawa dan ditulis langsung oleh sosok Sunan Bonang. Lagu ini diciptakan sambil beliau berdakwah.Â
Tidak heran jika liriknya itu terdapat banyak nilai-nilai Islam yang diajarkan. Â Mulai dari membaca Alquran, berpuasa, sholat Tahajud hingga melakukan dzikir malam agar hati dan pikiran jadi tenang.
Lagu Tombo Ati yang dinyanyikan oleh Opick memang sudah dimodifikasi. Dilansir dari id.wikipedia.org, berikut ini terdapat lirik asli dari lagu Tombo Ati yang diciptakan oleh Sunan Bonang. Berikut ulasannya;
Tombo Ati iku limo perkorone
Kaping pisan moco Kuran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat wetengiro ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo iso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah nyembadani
Untuk terjemahan dari lirik lagu Tombo Ati yang berbahasa Jawa di atas adalah:
Obat hati ada lima perkaranya
Yang pertama baca Qur'an dan maknanya
Yang kedua sholat malam dirikanlah
Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima dzikir malam perpanjanglah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga Allah Ta'ala mencukupi