Hari Perempuan Internasional, Sri Mulyani Bicara Pemimpin Wanita
- VIVA/Anisa Aulia
VIVA – Setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Perempuan menjadi pemimpin di era modern saat ini bukan suatu hal mustahil. Faktanya, di Indonesia saat ini banyak perempuan hebat yang menduduki posisi puncak. Sebagai contoh di birokrasi adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Menurut Sri Mulyani, keberadaan perempuan sebagai pemimpin dapat memberi inspirasi bagi perempuan muda.
"The power of inspiration. Perempuan yang bisa memimpin dengan karya yang baik akan menjadi inspirasi. Menjadi contoh. Dia akan memberi pengaruh ke masyarakat terutama perempuan muda yang memiliki percaya diri dan harapan. Sehingga bisa memberi yang terbaik atau tertinggi," ujarnya dalam webinar Women in Leadership Series, Senin 7 Maret 2022.
Sri Mulyani menekankan tidak ada yang mustahil untuk perempuan menjadi pemimpin. Terlebih, perempuan secara alami memiliki kemampuan multi tasking atau melakukan banyak hal secara terlatih.
"Ketika perempuan menjadi pemimpin, sangat bermanfaat bagi organisasinya. Karena perempuan bisa melihat lebih detil atau melihat dari sisi-sisi yang tidak terlihat. Itu memberi dampak positif," kata dia.
Nilai positif lainnya perempuan sebagai leader, kata Sri Mulyani yaitu diversity dapat memberi keputusan lebih inklusif. Perempuan juga memiliki empati atau kemampuan coaching yang lebih baik, memiliki emosional intelijen yang lebih banyak, sehingga dapat menciptakan lingkungan organisasi yang bagus.
Sri Mulyani mengakui, perempuan berkarier kerap menghadapi posisi sulit. Meski saat ini, di pemerintahan menerapkan sistem merit yang bertujuan membangun kesempatan yang adil untuk laki-laki dan perempuan, namun perempuan tetap berbeda dengan laki-laki.
"Perempuan bisa hamil, bisa memiliki anak, menyusui, dan terkadang dilema mau sekolah atau menikah, menikah atau karier, mau di rumah atau bekerja. Pertanyaan ini tidak dihadapkan ke laki-laki. Level playing-nya berbeda," tuturnya.
Oleh sebab itu, kata Sri Mulyani, seorang pemimpin harus memberi afirmasi bagaimana membuat perempuan bisa mengatasi berbagai kritikal keputusan yang tidak mudah.
Pendiri The Wahid Institute, Yenny Wahid menambahkan, di Indonesia masih banyak norma dan regulasi yang menghambat perempuan. Hal yang sama juga terjadi secara internal, banyak pula perempuan di Indonesia yang tidak menyadari memiliki hak yang sama untuk berkontribusi di masyarakat.
Sosok Menlu dan Menkeu, menurut Yenny, menjadi pionir bagi anak muda bahwa menteri dengan portofolio strategis ternyata perempuan-perempuan yang berprestasi.
"Penyadaran ini perlu dilakukan. Sosok seperti Ibu Retno dan Ibu Sri Mulyani adalah inspiratif bagi anak muda. Perlu banyak lagi sosok seperti mereka. Penting di Indonesia memiliki perempuan-perempuan hebat yang saling membantu satu sama lain. Agar bisa saling menguatkan network yang ada dan kemudian membuat afirmasi-afirmasi," pungkas Yenny Wahid.