Wayang Pakai Kulit Manusia? Ini 8 Mitos Wayang di Indonesia
- antvklik
VIVA – Wayang merupakan karya seni peraga. Wayang menggambarkan simbol karakter watak dan jalan kehidupan seseorang atau kaum. Tidak sembarang orang mampu melakonkan kisahnya. Tidak pula sembarang orang diijinkan memegang ataupun memainkannya. Wayang ini dijadikan sebagai benda pusaka karena dihormati dan disakralkan. Ini mitos wayang kulit di Indonesia yang disebut wayang menggunakan kulit manusia yang dikutip dari antvklik.
1. Wayang dari kulit manusia?
Wayang merupakan benda pusaka karena dihormati dan disakralkan. Mengapa? Karena punya nilai yang sangat tinggi sebagai hasil budi daya pikir. Penghormatan budi daya pikir inilah yang menjadikannya pusaka, jimat yang disakralkan.
Dahulu wayang terbuat dari kumpulan rerumputan yang diikat dan dibentuk sosok. Seiring berkembangnya budi daya pikir, bahan untuk membuat wayang berkembang menggunakan kulit hewan seperti kerbau atau sapi, kuda atau kambing. Bahkan, kulit manusia!
2. Wayang kulit manusia disimpan di Gunung
Wayang yang konon terbuat dari kulit manusia ini disimpan di lereng Gunung Merbabu. Tepatnya, di Kampung Ndakan, Desa Kenalan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Wayang kulit manusia ini berupa tokoh Janaka, keluarga kaum Pandawa. Wayang ini disimpan di kediaman Mbah Sumitro.
3. Wayang dibuat dari kulit seorang pemuda
Wayang Arjuna atau Janoko dulunya dibuat dari kulit seorang pemuda Surakarta yang tak diketahui siapa namanya, jauh sebelum keraton terbentuk. Jika dilihat lebih rinci, kulit wayang ini memang berbeda, lebih gelap, halus, tipis, serta wayang ini ringan saat diangkat.
4. Wayang hanya dilakonkan oleh sesepuh
Mbah Sumitro, merupakan penjaga wayang yang sudah 30 tahun merawat Arjuna. Diketahui jika hanya sesepuh desa saja yang bisa memainkan wayang ini, bukan orang lain.
5. Wayang Arjuna hanya dimainkan dua kali dalam setahun
Jika dimainkan selain sesepuh desa, wayang tersebut akan menjadi berat dan tangan dalang tak mampu mengangkatnya. Wayang Arjuna hanya boleh dimainkan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Safar dan Syawal, mengikuti perhitungan kalender Jawa.
6. Terdengar suara ketukan setiap malam jumat kliwon
Mbah Sumitro mengaku, ketika pertama kali menjadi penjaga peti wayang, sering mendengar suara ketukan setiap malam Jum’at kliwon dari dalam peti dimana Arjuna disimpan. Di rumah Mbah Sumitro juga terdapat seperangkat wayang yang jumlahnya sekitar 70 wayang dan umurnya mungkin ribuan tahun.
7. Peninggalan pertapa sakti
Dikisahkan, wayang itu merupakan peninggalan dari Ki Ajar Ndaka, pertapa sakti di Kampung Ndakan pada saat itu. Ki Ajar Ndaka mendapatkan seperangkat wayang itu dari seorang Pangeran Keraton Surakarta yang disembuhkannya dari sakit berkepanjangan.
8. Ada ritual khusus
Menurut Mbah Sumitro, ada ritual khusus sebagai syarat untuk melakukan pementasan menggunakan wayang itu. Pagelaran wayang yang dilaksanakan 2 tahun sekali ini juga harus di desa Ndakan, bukan di tempat lain. Hingga saat ini, wayang Arjuna tetap menjadi keramat dan dijaga oleh para sesepuh desa Ndakan. Wayang yang penuh unsur mistis ini tentunya menambah khasanah budaya nusantara.
Itulah mitos tentang wayang kulit yang terbuat dari kulit manusia. Disebut bahwa wayang yang konon terbuat dari kulit manusia ini disimpan di lereng Gunung Merbabu. Tepatnya, di Kampung Ndakan, Desa Kenalan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.