Pria Ini Lebih Pikirkan Sholat Saat Situasi Mencekam, Kok Bisa?

Ilustrasi salat.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Seorang penulis berdarah Inggris- Pakistan, Moazzam Begg membagikan pengalaman menarik yang terjadi di dalam pesawat saat dia dipindahkan ke penjara Guantanamo. Moazzam yang tetap menjalankan perintah untuk sholat lima waktu ketika ditahan di lokasi rahasia sempat tidak bisa menjalankan sholat ketika dia harus dipindahkan.

Intelijen Korsel Sebut 100 Tentara Korut yang Dikirim ke Rusia Tewas

Kala itu, Moazzam dan sejumlah tahanan lainnya dipindahkan dari penjara menggunakan pesawat militer C-130 milik Amerika.

Dia menjelaskan kala itu dia merasa kesulitan untuk menjalankan sholat Maghrib lantaran ketika dipindahkan kondisinya kepalanya tertutup, tangan dipasung baik di depan atau di belakang. Belum lagi gonggongan anjing, suara gemuruh mesin pesawat itu.

Jadi Mualaf, Wanita Muda Ini Sibuk Hafalan Sholat dan Tidak Sempat untuk Galau

"Tapi cara mereka melakukannya di sini, di pesawat Amerika tidak akan pernah terbayangkan. Bayangkan saja, para tentara memaki dalam bahasa Urdu atau Arab yang mana bahasa yang mereka tidak tahu. Tapi mereka belajar bahasa itu hanya untuk membuat Anda merasa terpuruk," kata dia seperti dikutip dari tayangan video di channel YouTube Ayatuna.

Lebih lanjut ketika berada di dalam pesawat Moazzam yang kaki dan tangannya yang diikat di lantai pesawat itu tiba-tiba saja diajak berkomunikasi oleh salah satu tahanan lainnya yang berada di kirinya. Tahanan itu kemudian menanyakan sosok Moazzam menggunakan bahasa Arab.

Presiden Ukraina Bagikan Video Tentara Rusia Bakar Tentara Korut yang Tewas

"Saya merasa ada orang di samping kiri saya dia mengatakan 'assalamualaikum' 'waalaikumsalam'. Kita saling bertanya tentang asal dari mana dan sebagainya dengan bahasa Arab. Kemudian dia mengatakan sesuatu kata yang sangat ajaib 'Apakah anda sudah sholat maghrib saudaraku?'," kata Moazzam mengingatnya.

ilustrasi sholat

Photo :
  • U-Report

Namun saat mendapati pertanyaan itu, pria berjanggut itu sempat bergumam dalam hatinya. Dia mempertanyakan bagaimana seseorang menanyakan hal itu di saat kondisi yang tidak memungkinkan seperti kala itu.

"Saya berpikir 'bagaimana bisa Anda malah memikirkan hal seperti ini sekarang?' jadi saya menyimpulkan saya sudah menunaikan sholat dzuhur atau ashar  karena dia berpikir 'mungkin orang ini tidak pernah lupa sholat' yang pasti saya tidak mengingatnya, namun saya yakin pasti melewatkan sholat," kata Moazzam.

Moazzam kemudian bercerita bahwa orang yang ada di sampingnya itu datang  dan mengingatkannya tentang salah satu firman Allah yang sangat mengesankan 'sholat memiliki waktu yang sudah ditentukan' dia tidak peduli dengan apapun di sekitarnya'.

"Yang dia pedulikan hanya sholat, dia tidak bilang 'saudara, kemana mereka akan membawa kita?' 'apa yang akan terjadi? apa mereka akan melenyapkan kita?' 'siapa mereka itu?' dia tidak mengatakan hal seperti itu. Dia hanya bertanya siapa saya dan apakah saya sudah sholat. Dan jawaban saya 'saudara anda yang berada di kiri, jadi Anda yang menjadi imam dan pimpin sholat ini'," kata dia.

Namun saat keduanya sedang berbicara mengenai rencana untuk sholat berjamaah, tentara yang membawa mereka datang. Tentara itu bahkan mengeluarkan pisaunya dan menaruhnya di leher Moazzam seraya memberi peringatan.

"Jadi tentara itu mendekat dan mengeluarkan pisau dan menaruhnya di leher saya, dia berkata 'kalau kamu bicara lagi saya akan sayat lehermu' dan dicaci maki lagi. Pada saat itu juga orang di sebelah saya berkata 'Allahu Akbar' hanya begitu saja, kami sedang berada dalam keadaan sholat," kenang Moazzam.

Moazzam berpikir saat itu, tidak masalah jika tentara itu menyayat lehernya menggunakan pisau kala itu. Sebab menurutnya, tindakan yang dilakukan tentara itu akan menjadikan kematian terbaik yang akan pernah dimiliki Moazzam, lantaran mati ketika hendak sholat.

"Sayat saja leher saya itu tidak ada bedanya bagi saya, karena bagi saya, itu akan menjadi kematian terbaik yang akan pernah saya miliki' kami menyelesaikan sholat dengan keadaan seperti itu. Dan satu-satunya gerakan yang bisa kami lakukan adalah 'salam' tidak ada rukuk dan sujud. Dari semua gerakan sholat hanya salam yang bisa kami lakukan. itu semua sangat natural bagi saudara ini untuk melakukan sholat," kata Moazzam.

Momen memegang teguh perintah menjalankan sholat itu pun kembali mengingatkannya tentang firman Allah SWT dalam Al Quran yang dalam firman itu berbunyi 'untuk orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau tidur itu tidak masalah'.

"Pada akhirnya apa yang Allah perintahkan kepada Anda untuk dilaksanakan laksanakan segala perintah Allah semampu Anda dan sisanya tergantung kepada-Nya," kata Moazzam.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya