Tinggalkan Kekayaan, Mantan Supermodel Jadi Mualaf Demi Hidup Tenang

Mantan supermodel pilih jadi mualaf.
Sumber :
  • YouTube Barat Bersyahadat

VIVA – Namanya Gamila. Bule berhijab ini mantap menjadi seorang mulaf sejak beberapa waktu lalu. Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, Gamila harus melewati serangkaian proses hidup yang tidak mudah.

Jadi Mualaf, Wanita Muda Ini Sibuk Hafalan Sholat dan Tidak Sempat untuk Galau

Sebelum memeluk Islam, Gamila yang dibesarkan dalam keluarga Pastur merasa kesulitan untuk memahami tentang Trinitas sejak dirinya kecil.

“Kedua orang tua saya Pastur. Saat kecil hingga dewasa saya sangat kesulitan memahami doktrin kekristenan yaitu perihal Trinitas, tidak pernah bisa masuk akal saya,” kata Gamila, dikutip dari tayangan YouTube Barat Bersyahadat, Selasa, 11 Januari 2022.

Respons Deddy Corbuzier saat Disinggung soal Penyesalan Mualaf usai Gus Miftah Olok-olok Sunhaji

Lebih lanjut, Gamila menceritakan, seiring dirinya beranjak dewasa, banyak sekali pertanyaan yang dia miliki soal kekristenan dan sebagiannya. Hal ini lantaran mungkin saat dirinya kecil, kedua orang tuanya begitu keras mengajarkannya tentang kepercayaan yang dianutnya.  

“Seperti anda ke gereja tiga kali sepekan malah justru membuat saya menjauh. Saya memberontak cukup keras,” ucapnya.

Kisah Mualaf Clara Shinta, Selebgram yang Kini Viral karena Diduga Penyebar Pertama Video Gus Miftah Hina Penjual Es Teh

Kecanduan narkoba

Ilustrasi wanita muslim/wanita berhijab.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Beranjak usia 17 tahun, ia kemudian menggeluti modeling. Di sana cobaan hidup mulai dialaminya. Tiga tahun setelahnya atau tepat di usia 20 tahun Gamila mulai kecanduan narkoba jenis sabu.

“Saya lakukan itu semua dengan anggapan itu adalah hal biasa di kalangan model sukses. Nyatanya tidak demikian,” ujar Gamila.

Tindakan yang diambilnya itu malah membuat hidupnya jadi berantakan. Gamila harus menjadi pecandu narkoba selama lima tahun. Dia juga putus asa lantaran hidupnya yang berantakan.

“Jika hidup kita sudah jatuh seperti itu, kita akan dibawa pada kondisi putus asa. Banyak orang melirik agama di saat seperti itu. Lalu saya memilih agama Kristen,” ungkap Gamila.

Namun, ketika dirinya berusaha menyelami agama terdahulunya itu, entah mengapa seolah ada penolakan dari hatinya. Beberapa tahun kemudian peristiwa 9/11 terjadi.

Pasca peristiwa itu, sejumlah orang masuk Islam meningkat tajam sebab orang jadi penasaran dengan Islam. Hal ini lantaran, kata dia, akibat banyak yang benci Islam dan orang jadi bertanya-tanya tentang Islam. Hal tersebut juga dialami oleh Gamila. Sehingga dia mengamati Islam. 

“Saya pun juga penasaran hingga musim panas kemarin saya akhirnya paham setelah banyak membaca dan amati. Pada akhirnya saya merasa sambung bahwa Islam tidak seperti yang diduga orang,” kenangnya.

Belajar Islam karena penasaran

Ilustrasi masjid.

Photo :
  • Freepik/wirestock

Ketika mempelajari Islam, Gamila kemudian menemukan sejumlah fakta menarik. Misalnya saja anggapan orang mengenai Islam adalah agama yang didasarkan pada penindasan dan permusuhan pada agama lain, padahal itu semua sangat keliru. 

Tidak hanya itu saja. Anggapan bahwa wanita sering ditindas, padahal setelah menyelami Islam. Gamila mengetahui bahwa wanita tidak ditindas dalam Islam. Wanita sendiri independen dan terdidik.

“Ajaran Islam mewajibkan para suami menjaga istrinya dengan sangat baik. Memang ada kaum ekstremis di luar sana. Semua agama punya golongan ekstremis, entah kenapa orang banyak berfokus ke ekstrimes Islam. Tapi begitulah kenyataannya pada banyak orang,” ungkapnya.

Dirinya berpikir kesalahpahaman ini dipaksakan kepada orang lain sehingga menganggap Muslim itu jahat dan pemarah. Di mana justru itu membuat banyak orang semakin penasaran dengan Islam. 

“Orang mulai baca Islam yang sebenarnya tak hanya kebencian saja dan hal hal buruknya saja yang orang lihat. Akhirnya orang perlahan memahami sisi lain dari Islam yang berlandaskan rasa damai, cinta dan kepedulian terhadap sesama,” jelas Gamila.

Islam adalah kebenaran

Ilustrasi masjid tempat berdoa (pixabay)

Photo :
  • U-Report

Lebih lanjut, Gamila menjelaskan, karena dibesarkan secara Kristen, masih ada nilai moral yang tertanam dalam dirinya. Dan bahwa nilai-nilai dalam agama Kristen hampir mirip dengan nilai-nilai Islam dan banyak orang tak menduganya. Semisal mengasihi tetangga dan juga menolong, mengasihi orang lain dan punya tata krama. 

“Jadi sangat serupa sekali. Kita semua percaya tokoh Yesus sebagai bagian dari kedua agama. Tetapi kami meyakini beliau agak berbeda. Gal itulah yang membuat saya menyambung, di mana Yesus adalah bagian dari Islam sebagaimana juga di Kristen, namun dalam Islam hanya mengimani satu Tuhan saja. Dia Maha Esa dan tak ada yang setara dengan-Nya,” kata Gamila.

Dan di saat dia sudah memahaminya, tak ada keraguan buatnya bahwa Islam adalah kebenaran. 

“Kini saya mualaf dan menjadi seorang muslim ini membuat hidup saya berubah total,” kata Gamila.

Gamila juga bercerita mengenai kehidupannya yang dahulu. Yang mana kala itu dia punya begitu banyak properti dan juga kapal pesiar, yang bisa membawanya ke mana saja dan melakukan hal apa saja. Hal-hal yang mungkin banyak orang impikan namun semua itu tak memberikan ketenangan batin baginya. 

“Saya selalu merasa hampa meski bergelimang harta dan popularitas. Saya selalu merasa ada sesuatu yang hilang setelah masuk Islam saya pilih meninggalkan semua itu tinggalkan hidup yang biayai saya semenjak saya 17 tahun,” kata Gamila.

Kitab Suci Alquran.

Photo :
  • U-Report

Dengan meninggalkan gaya hidup itu, kata Gamila, banyak orang anggap akan sangat sulit. Tapi ternyata tidak, karena Allah telah memberikan penggantinya yang lebih baik, yakni sesuatu yang nyata, damai dan hakiki, dan mampu memberinya pandangan hidup dari sisi lain. 

“Islam telah memberi semua keinginan saya yang berkenaan dengan perkara hati. Saya sangat bersyukur sekali pada Allah telah memberikan hidayah kepada saya,” ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan, tanpa Islam, dirinya pasti masih bersedih, hidupnya pun pasti masih menderita.

“Betapa sakitnya berada dalam dunia yang tak mempedulikan diri kita. Saat kita mencari makna cinta dan sudah berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkannya pada dunia. Menjual kecantikanmu, kepribadianmu dan semuanya. Kemudian orang-orang malah menolaknya. Itu membuat kita mempertanyakan hidup ini apa, tujuan kita dunia ini,” jelas Gamila.

Gamila menambahkan, andaikan dia tak sampai di titik itu dan tak mempertanyakan hidupnya yang terasa begitu sengsara, mungkin hidupnya akan berantakan. 

“Saya bersaksi betapa nyata Allah SWT itu dan perubahan yang diberikannya kepada hidup dan hati saya,” kata Gamila.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya