Bule Ateis Jadi Mualaf Usai Fakta Mengejutkan Soal Madrid

Sergio, bule mualaf dari Spanyol
Sumber :
  • Youtube Relung Kalbu

VIVA – Pengalaman spiritual bule asal Spanyol untuk mengenal Islam memerlukan serangkaian momen tak terduga. Bahkan, bule ini sempat menjadi ateis dan membenci islam serta merundung orang muslim hingga akhirnya memutuskan mualaf. Bagaimana kisahnya?

Kisah Mualaf Diego Michiels, Pemain Naturalisasi yang Kritik Timnas Indonesia

Sergio lahir di Kota Madrid, Spanyol. Ia memiliki latar belakang keluarga beragama kristen namun sangat liberal, karena mayoritas orang orang spanyol liberal. 

"Orang tua saya sangat normal, sangat liberal. Mereka tidak akan mendorong kami untuk pergi ke gereja atau percaya pada apa pun," ujar bule 24 tahun itu dalam kanal YouTube Renung Kalbu. 

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

Lantaran tak begitu mendalami agama dan tidak memiliki aktivitas keagamaan, Sergio kecil mulai menjalani hobinya dengan bermain bola. Ia pun menggemarinya hingga remaja. Namun, dari hobinya itu, pikiran Sergio mulai mempertanyakan asal mula dibentuknya manusia dan keberadaan Tuhan. 

"Saya lebih terlibat dalam permainan sekolah untuk menghabiskan waktu. Ketika saya masih kecil, mencoba untuk mencari tahu keberadaan saya, mengapa saya ada di sana dan bagaimana, mengapa saya melihat penampilan saya. Dan saya akan menanyai orang-orang seperti apakah Anda percaya pada Tuhan? Tidakkah Anda percaya pada Tuhan? Jika mereka jawab tidak, saya akan marah, seperti mengapa Anda tidak percaya pada Tuhan," kenang Sergio.

Nadia Siswi Kristen 9 Tahun di Madrasah Islam Kini Dapat Bantuan

Saat itu, Sergio yang masih anak-anak tidak tahu kalau yesus adalah Tuhan menurut kepercayaan agama kristren. Sebab, Sergio tumbuh dengan pemahaman liberal sehingga kerap mempertanyakan keberadaan Tuhan.

"Saya tidak pernah mengira Tuhan adalah Yesus seperti banyak keluarga Kristen percayai. Jadi saya akan selalu bertanya kepada teman-teman saya dan semua orang tentang keberadaan Tuhan. Itu adalah salah satu pertanyaan utama yang akan selalu saya tanyakan," ujarnya.

Tak hanya itu, dalam prespektif Sergio, timbul pemikiran negatif tentang Islam dan muslim. Hingga Sergio juga tak pernah lagi mendalami agamanya dan sudah melupakan Tuhannya ketika ia pindah sekolah di usia 13 tahun.

"Agama benar-benar menghilang dari kehidupan kami karena kami memilih untuk tidak menjalani kelas agama lagi. Kami memilih untuk tidak terlibat dengan praktik keagamaan. Jadi saya akan mengatakan bahwa sejak saat itu Tuhan benar-benar menghilang dari kehidupan saya," kata dia.

"Perspektif soal islam juga sangat buruk. Islam digambarkan sebagai hal yang sangat buruk, muslim sangat negatif," lanjut Sergio.

Tak heran, saat itu Sergio remaja kerap merundung seorang muslim yang berasal dari negara muslim, Maroko. Sergio juga mengaku bahwa di sekolahnya tak pernah ada pelajaran terkait agama Islam sehingga hanya mengenal Islam dari pandangan masyarakat luas di lingkungannya. Belakangan, Sergio mulai tertarik pada Islam setelah mengetahui fakta bahwa orang muslim merupakan penemu negaranya.

"Saya menemukan tentang Al-andalus yang menemukan Madrid. Madrid sebenarnya ditemukan oleh orang muslim. Saya menemukan kehidupan islam yang sebenarnya di Spanyol selama 800 tahun," tuturnya.

"Saya pikir apa pun yang tidak saya pelajari seharusnya saya pelajari sebelumnya karena saya sangat kagum dengan bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka memperlakukan orang, bagaimana mereka melindungi orang yahudi dan kristen. Mereka semua hidup dalam komunitas yang merupakan contoh indah sebuah bangsa dan itu sangat mengejutkan dan sangat memuaskan di hati saya," kata Sergio.

Di usianya yang beranjak dewasa, Sergio memutuskan untuk pindah ke Inggris dengan tanpa tujuan. Setibanya di Inggris, Sergio yang masih berusia 19 tahun malah ikut dengan kelompok rasis yang penuh dengan tindakan kekerasan. Meski Sergio tak ikut tindakan tersebut, namun hatinya tak merasa pantas melakukannya hingga akhirnya Sergio pindah ke wilayah lain dan menjauh dari kelompok itu.

Sergio yang tidak punya rumah dan pekerjaan lalu menggunggah di media sosia untuk mencari tempat tinggal dan orang yang mau menerimanya. Rupanya, orang baik yang mau merawatnya adalah orang muslim yang selama ini ia benci. Seminggu tinggal dengan orang muslim, kebencianya hilang karena kebaikan dan keramahan mereka.

"Setelah seminggu tinggal bersama mereka, kebencian saya sebelumnya alhamdulillah hilang sepenuhnya. Saya seperti saya telah sangat salah sepanjang hidup saya, tetapi sekarang saya mencari ke dalam hidup dari sudut pandang yang berbeda," kenangnya.

Tak berhenti di situ, orang muslim pemilik tempat tinggal Sergio itu lantas mengajaknya untuk berdiskusi tentang agama. Ternyata, Sergio merasa tertarik akan kehidupan muslim. Salah satunya, Sergio tertarik akan alasan tak bolehnya mengonsumsi alkohol dan babi serta menjalani puasa ramadhan.

Tetapi, Sergio tak lantas masuk Islam meski sudah tertarik dengan keyakinan tersebut. Ia memilih untuk fokus masuk ke perguruan tinggi terbaik di Inggris. Takdir pun membawa Sergio diterima di universitas bergengsi tersebut dan membuatnya semangat. Namun ketika menghadapi ujian tertulis di universitasnya, Sergio mulai merasa stres dan terbebani.

Sergio pun teringat untuk kembali membaca soal agama islam yang justru menenangkan hatinya. Ia melihat-lihat video pembacaan syahadat oleh para mualaf di dunia melalui Youtube. Sebagian membuat Sergio tersentuh lantaran sisi emosional dari video tersebut, bah

kan membuatnya menangis. Hingga akhirnya, Sergio juga memutuskan menjadi mualaf.

"Jadi saya pergi ke rumah temanku dan saya mengucapkan syahadat saya di depanny. Jadi dia adalah saksi saya dan Allah adalah saksi saya. Itu adalah momen terindah dalam hidup saya di sini bersyahadat," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya