Kerajaan Kutai: Sejarah Berdirinya, Masa Kejayaan, Runtuh, dan Rajanya
- Tangkapan Layar: YouTube
VIVA – Kerajaan Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu tertua yang ada di Indonesia. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-4 Masehi atau sekitar tahun 400 Masehi. Kerajaan Kutai Martadipura terletak di wilayah Muara Kaman Kalimantan Timur, persis di hulu Sungai Mahakam.
Terdapat banyak prasasti Kerajaan Kutai yang menjadi bukti peninggalan kerajaan tersebut. Prasasti peninggalan kerajaan Kutai menceritakan kisah kehidupan sosial, politik, sampai perdagangan di masa itu. Nah, berikut ulasan mengenai Kerajaan Kutai yang dilansir dari digilib.uinsby.ac.id.
Lalu, Bagaimana Sejarah Kerajaan Kutai Martadipura?
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai
Berdirinya Kerajaan Kutai Martadipura dipengaruhi oleh kebudayaan India, terutama pada saat kebudayaan Hindu datang ke nusantara. Walaupun Kerajaan Kutai tidak berada langsung di jalur perdagangan internasional, tapi kerajaan ini sudah memiliki hubungan dagang yang baik dengan India.
Pada mulanya, Kerajaan Kutai Martadipura merupakan sebuah kelompok masyarakat yang berbentuk suku. Namun, sejak kedatangan Hindu menyebabkan perubahan pada sistem pemerintahannya.
Bukti yang menunjukkan bahwa pengaruh India ke dalam kelompok masyarakat Kutai bisa dilihat dalam Prasasti Yupa yang dibuat sekitar abad ke-5. Dalam prasasti tersebut, raja pertama Kutai adalah Kudungga. Dia adalah warga Indonesia asli dan juga belum memeluk agama Hindu.
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai Martadipura
Dalam prasasti Yupa, bisa diketahui bahwa masa kejayaan Kerajaan Kutai Martadipura berlangsung sejak kerajaan diperintah oleh Raja Mulawarman. Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja yang memiliki budi pekerti baik, kuat, dan pernah mengadakan sebuah acara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum Brahmana yang bertempat di Waprakecvara.
Waprakecvara merupakan tempat suci atau keramat, perpaduan budaya India dan budaya Indonesia saat itu. Mulawarman adalah keturunan Asmawarman, ia melakukan ritual Vratyastoma, yaitu ritual pembersihan diri untuk memasuki kasta Ksatria.
Pada masa pemerintahannya, upacara Hindu dipimpin oleh pendeta atau Brahmana dari Indonesia. Ini membuktikan bahwa kecerdasannya sangat tinggi, karena bahasa Sansekerta bukanlah bahasa yang digunakan orang sehari-hari.
Di bawah kekuasaan Raja Mulawarman, kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai Martadipura semakin berkembang pesat, mulai dari sektor pertanian dan perdagangan karena letaknya yang sangat startegis.
Runtuhnya Kerajaan Kutai Martadipura
Di Tanah Kutai tersebut terdapat dua kerjaan yang bernama mirip tapi berbeda. Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kutai Martadipura yang menganut ajaran agama Hindu dan Kesultanan Kutai Kartanegara yang telah menganut ajaran agama Islam.
Pada awalnya dua kerajaan tersebut hidup berdampingan. Namun, setelah beberapa saat perselisihan antara kedua kerajaan tersebut muncul. Saat itu, Kerajaan Kutai Martadipura dipimpin oleh Raja Dharma Setia, sedangkan untuk Kesultanan Kutai Kartanegara dimpimpin oleh Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa.
Kedua kerajaan tersebut kemudian melakukan perang dan akhirnya Maharaja Dharma Setia tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kemenangan tersebut menjadi sejarah baru dengan beridirnya Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang telah menganut agama Islam.
Raja-Raja yang Pernah Memimpin Kerajaan Kutai Martadipura
Kerajaan Kutai Martadipura didirikan oleh seseorang yang bernama Kudungga, tahta kerajaan kemudian diturunkan kepada anaknya Raja Asmawarman, Raja Mulawarman, hingga 21 generasi Kerajaan Kutai sebagai berikut:
- Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (pendiri)
- Maharaja Aswarman (anak Kudungga)
- Maharaja Mulawarman (raja yang terkenal)
- Maharaja Marawijaya Warman
- Maharaja Gajayana Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Tungga Warman
- Maharaja Jayanaga Warman
- Maharaja Nalasinga Warman
- Maharaja Gadingga Warman Dewa
- Maharaja Indra Warman Dewa
- Maharaja Sangga Warman Dewa
- Maharaja Candrawarman
- Maharaja Sri Langka Dewa
- Maharaja Guna Parana Dewa
- Maharaja Wijaya Warman
- Maharaja Sri Aji Dewa
- Maharaja Mulia Putera
- Maharaja Nala Pandita
- Maharaja Indra Paruta Dewa
- Maharaja Dharma Setia