Banyak Simpang Siur, Fakta Kental Manis Akan Dibuat Cerpen

Ilustrasi kental manis.
Sumber :
  • Freepik/azerbaijan_stockers

VIVA – Sebanyak 142 cerita bermuatan edukasi gizi dan fakta kental manis yang ditulis oleh guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah terkumpul hingga 31 Juli 2021. 

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

Dari total tulisan yang terkumpul, telah terpilih 20 cerita terbaik untuk diseleksi kembali oleh juri yang terdiri dari pegiat literasi Maman Suherman, senior editor dan penulis Harun Mahbub, serta Ketua HIMPAUDI, Prof. Dr. Ir. Netty Herawati M.Si. Penjurian dilakukan secara live dan dihadiri oleh seluruh peserta pada Sabtu, 14 Agustus 2021. 

Penulisan cerita edukasi tersebut merupakan rangkaian kegiatan kerjasama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dengan Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) dalam rangka edukasi untuk meningkatkan literasi gizi untuk masyarakat. Lomba penulisan cerita edukasi gizi dan fakta kental manis ini dimulai sejak Juni hingga Juli 2021. 

Wamendagri Ribka Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Jayawijaya

Ketua HIMPAUDI Prof. Dr. Ir. Netty Herawati M.Si, mengatakan, menulis adalah kebiasaan yang penting untuk dilakukan, terutama untuk guru PAUD.

"Banyak hal yang bisa ditulis yang sekaligus bisa menjadi media edukasi bagi kita dan bermanfaat untuk anak didik. Saya berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut dan menjadi model kegiatan edukasi dan literasi gizi yang bermanfaat bagi masyarakat,” terang dia. 

Kunjungan ke Jayawijaya, Wamendagri Ribka Ingatkan Bahaya Stunting bagi Anak-Anak

Maman Suherman menambahkan, menulis berbasis data adalah hal yang paling penting buat pendidik. 

"Saya salut dengan peserta yang bisa menggali fakta dan data tentang kental manis dan kemudian menggabungkan ke dalam cerita fiksi bahkan fabel. Saya yakin, saat ini nanti dibukukan, semua paham bahwa kental manis bukan susu," tuturnya. 

Menurut Maman, cara tersebut akan jadi model edukasi yang efektif dan mampu melawan iklan kental manis di televisi yang selama ini telah menggiring persepsi masyarakat. 

Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengatakan edukasi gizi dengan media cerita pendek merupakan bagian dari komitmen YAICI dalam upaya meningkatkan pemahaman gizi masyarakat. 

Sebagaimana diketahui, literasi gizi berbanding lurus dengan kesadaran masyarakat akan asupan makanan bergizi untuk anak. Sementara, pengenalan literasi gizi yang masih rendah di masyarakat telah berdampak buruk, salah satunya menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi atau iklan yang salah terutama mengenai asupan gizi seperti susu kental manis.   

"Selama ini literasi gizi banyak simpang siur atau salah persepsi, yang menganggap susu kental manis itu sebagai minuman bernutrisi. Padahal faktanya tidak lebih mengandung gula yang cukup tinggi yang tidak lain hanyalah sirup beraroma susu," kata dia. 

Karenanya, melalui cerita pendek untuk anak dia berharap orangtua nantinya dapat memberikan asupan gizi kepada balita atau anak-anak mereka, yang sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah, ataupun peraturan yang ada di Indonesia.

"Jadi, harus sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak, tidak boleh banyak gula," pungkas Arif Hidayat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya