Sejarah Idul Adha dan Maknanya
- ANTARA/Rivan Awal Lingga
VIVA – Idul Adha atau biasa juga disebut dengan hari raya Qurban merupakan salah satu hari besar yang dirayakan oleh seluruh umat muslim diseluruh dunia yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Pelaksanaan hari raya ini bertepatan dengan kaum muslim dari penjuru dunia yang sedang menunaikan ibadah haji di tanah suci saat melakukan wukuf di Padang Arafah. Mereka semua mengenakan pakaian serba putih yang disebut dengan pakaian ihram.
Di Indonesia, hari raya Qurban ini dengan melaksanakan sholat Idul Adha yang dilaksanakan secara berjamaah di Masjid, lapangan, atau tempat yang luas.
Setelah melaksanakan sholat Idul Adha, lalu mereka memotong hewan qurban sebagai salah satu bentuk ibadah dan keihklasan kepada Allah SWT.
Kewajiban untuk berkurban bagi yang memiliki harta yang lebih untuk berqurban ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim yang mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail, sebagai bukti ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.
Bagaimana sejarah Idul Adha ini? Berikut penjelasan sejarah Idul Adha dan Maknanya.
Sejarah Idul Adha
Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar bagi umat muslim diseluruh dunia yang ditandai dengan puncak ibadah Haji di Mekkah, Arab Saudi. Hari raya Idul Adha ini juga sebagai hari memperingati kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah untuk mengorbankan anaknya disembelih.
Dalam Al Quran surat As Saffat ayat 102, Allah SWT berfirman bahwa perintah itu disampaikan Allah kepada Nabi Ibrahim melalui mimpinya. Anaknya pun menyanggupi permohonan tersebut (untuk disembelih) yang berbunyi:
fa lamm? balaga ma'ahus-sa'ya q?la y? bunayya inn? ar? fil-man?mi ann? a?ba?uka fan?ur m??? tar?, q?la y? abatif'al m? tu`maru satajidun? in sy?`all?hu mina?-??bir?n
Artinya:
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
Kemudian, Allah SWT menggantikan anak Nabi Ibrahim, Ismail dengan seekor domba. Hal ini tercantum dalam quran surat As Saffat ayat 107 yang berbunyi: wa fadain?hu bi?ib-?in 'a??m. Artinya: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya, Ismail, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba. Hal ini sebagai imbalan dari Allah atas ketaatan iman Nabi Ibrahim dan Ismail atas perintah Allah SWT.
Menurut riwayat, disebutkan bahwa Malaikat Jibril-lah yang membawa domba serta menukarnya dengan Nabi Ismail.
Pada saat itu, dituliskan bahwa semesta beserta isinya mengucapkan takbir demi mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran yang dimiliki Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah yang berat tersebut.
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itulah kemudian menjadi awal mula penyembelihan hewan kurban setiap Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban, pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Di Indonesia, jenis hewan kurban yang biasa disembelih pada saat hari raya Idul Adha adalah hewan ternak berkaki empat, seperti sapi, kambing, domba, ataupun kerbau.
Makna Idul Adha
Idul Adha juga dikenal dengan nama Yauman Nahri dan ini merupakan sebuah perintah. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda,
"Barangsiapa memiliki kelapangan rizki lalu ia tidak menyembelih hewan qurban, maka jangan lah ia mendekati tempat kami sholat".
Makna Idul Adha dalam kehidupan sehari-hari dapat direnungkan kembali dari pengorbanan Nabi Ibrahim, seperti apa yang kita telah berikan kepada keluarga yang membesarkan sedari kecil maupun negara.
Hikmah Idul Adha
Hikmah dari hari raya Idul Adha ini adalah kesungguhan dalam beribadah kepada Allah SWT. Sebab, di momen yang bersamaan dengan ibadah haji ini kesempatan berangkat ke Mekkah merupakan keistimewaan.
Selain itu, hikmah Idul Adha juga sebuah perjuangan. Sebab, rangkaian ibadah haji di tanah suci saat bulan Dzulhijjah bisa menjadi cerminan perjuangan. Maka, lakukanlah semua dengan hati yang ikhlas dan penuh perjuangan.