Sempat Jadi Polemik, Larangan Mudik Munculkan Dampak Positif?
- ANTARA FOTO/Fauzan
VIVA – Periode Lebaran 2021 telah usai, tahun ini menandakan kedua kalinya masyarakat Indonesia merayakan Idul Fitri di tengah pandemi COVID-19 dengan segala keterbatasan yang menyertai.
Pemerintah memutuskan untuk melarang kegiatan mudik atau pulang kampung pada Lebaran tahun ini, mulai dari 6 sampai 17 Mei 2021.
Kebijakan ini tentunya diambil untuk mencegah penularan virus COVID-19 semakin meluas. Namun, menurut beberapa pengamat dampak larangan mudik 2021 tak akan lebih parah dibandingkan tahun lalu.
Hal ini dikarenakan pemerintah tetap mengizinkan pembukaan sejumlah tempat wisata dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat tetap bisa membelanjakan uangnya selama libur Lebaran.
Pengamat juga menilai keputusan pemerintah mewajibkan pengusaha membayar tunjangan hari raya (THR) secara penuh maksimal H-7 Hari Raya Idul Fitri sudah tepat untuk memberikan kompensasi dampak negatif dari larangan mudik untuk memutar perekonomian di berbagai daerah Indonesia.
Dalam keadaan normal, momen Ramadhan berikut Lebaran selalu menggeliatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun bagaimana dengan tahun ini?
CEO Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani mengemukakan sejumlah analisa terkait periode Ramadhan dan Lebaran tahun 2021 ini.
"Meskipun kebijakan larangan mudik ini berimbas secara faktual terhadap ekonomi nasional tetapi hal itu merupakan langkah terbaik yang telah disiapkan pemerintah," ungkap Johanna dalam rilisnya kepada VIVA.
"Berkaca pada melonjaknya kasus baru COVID-19 di India dan beberapa negara lain tentu membuka mata kita untuk jauh lebih berhati-hati terhadap gelombang baru pandemi yang secara jangka panjang akan memberatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Dampak positif dari larangan mudik tahun ini diprediksi akan mendorong naiknya tingkat konsumsi masyarakat di wilayah aglomerasi.
“Beberapa sektor yang kami perkirakan akan tumbuh positif selama periode Ramadhan-Lebaran adalah sektor informasi dan komunikasi, keuangan, kesehatan serta retail," ujar Johanna.
"Namun penting untuk kita pahami momentum kenaikan konsumsi akan hilang setelah Lebaran, penting untuk para pelaku usaha fokus menjaga momentum pertumbuhan positif hingga akhir tahun,” tambahnya.
"Kami harapkan pemerintah dapat terus mendorong kebijakan yang memicu konsumsi dan produktivitas masyarakat selain tentunya tetap agresif mengendalikan pandemi COVID-19 termasuk terus mengedukasi dan mendorong vaksinasi," lanjut Johanna.
"Hal tersebut diyakini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas dalam melakukan kegiatan ekonomi sehari-hari yang berimbas positif pada perekonomian Indonesia," tutup Johanna.