Dianggap Hari Sial, Begini Asal-usul Friday The 13th

Friday the 13th.
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Hari ini, Jumat 13 November 2020, orang Barat menyebutnya sebagai Friday the 13th. Ini merupakan peristiwa di hari Jumat, yang bertepatan dengan tanggal 13.

Muslim Tapi Tak Selalu Ikuti Aturan Al-Quran, Cinta Laura: Kita Tinggal di Dunia Modern

Bagi kebanyakan orang Barat, peristiwa yang terjadi di Friday the 13th, sering dianggap sebagai Jumat keramat. Bahkan, tak sedikit yang menganggapnya sebagai hari paling sial.

Dilansir Independent, meskipun folklorists mengklaim tidak ada bukti tertulis untuk segala sesuatu yang berbau takhayul sebelum abad ke-19, namun tanggal tersebut telah lama dikaitkan dengan peristiwa terkenal dalam sejarah dan agama.

Menag Sebut Ada Krisis Agama di Indonesia

Menurut kepercayaan Katolik, salah satu peristiwa terpenting dalam agama mereka, yaitu penyaliban Yesus Kristus, juga terjadi pada hari Jumat tanggal 13.

Salah satu mitos paling populer yang mencoba menjelaskan asal mula takhayul di tanggal tersebut, berasal dari peristiwa pada Jumat 13 Oktober 1307, ketika ratusan Ksatria Templar ditangkap dan dibakar di seluruh Prancis.

Nikita Mirzani Bongkar Sifat Toxic Mantan Sahabat yang Dijuluki 'Ibu Perdamaian', Fitri Salhuteru?

Mitos ini menarik perhatian publik setelah digunakan oleh Dan Brown, di antara para penulis fiksi sejarah lainnya, dan telah dijajakan tanpa henti oleh para ahli teori konspirasi yang menghubungkan Ksatria Templar dengan segala sesuatu, mulai dari Freemasonry hingga Holy Grail.

Angka sial 13?

Asal-usul Triskaidekaphobia, yaitu ketakutan akan angka 13, dapat ditelusuri kembali ke keyakinan pada abad ke-19, di mana Yudas Iskariot duduk di urutan ke-13 di meja Yesus pada Perjamuan Terakhir.

Bersama Yesus, ada 12 murid pada jamuan makan ini, dan Yudas datang untuk mewakili pengkhianatan dan kesialan di masyarakat Barat.

Bahkan tidak ada bukti alkitabiah langsung yang mengaitkan Yudas dengan urutan ke-13 di meja, jumlah tamu pada Perjamuan Terakhir dan signifikansinya dalam agama Kristen, bisa jadi cukup untuk memperkuat gagasan 13 sebagai angka sial dalam budaya Barat, terutama jika ide ini dipromosikan oleh orang-orang Victoria yang percaya takhayul.

Ada berbagai penelitian yang dirilis selama bertahun-tahun yang membuktikan atau menyangkal mitos Friday the 13th. Pada 1993, sebuah studi British Medical Journal menyatakan, ada peningkatan insiden yang signifikan pada Jumat tanggal 13.

Tetapi, penulis studi tersebut kemudian mengakui bahwa itu 'sedikit menyenangkan' seperti yang biasa dilakukan dalam edisi Natal.

Sementara itu, peneliti Belanda menemukan, orang-orang memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terluka pada hari Jumat tanggal 13. Studi tersebut berhipotesis bahwa orang-orang harusnya lebih berhati-hati pada hari itu karena takhayul.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya