Hebat, Limbah Plastik Diubah Jadi Sumur Resapan untuk Atasi Banjir

Sumur Resapan Bijak Berplastik sistem bongkar pasang (knock down)
Sumber :
  • Istimewa Danone

VIVA – Saat ini, plastik non ekonomis masih menjadi tantangan bagi pengelolaan sampah di Indonesia. Sebab belum memiliki banyak jalur daur ulang sehingga dibiarkan menumpuk, tidak terkelola dengan baik, dan mengakibatkan pencemaran di lingkungan serta menjadi salah satu penyebab banjir.

24 Jam Diguyur Hujan, Kawasan Sitiarjo Malang Tergenang Banjir Luapan Sungai Panguluran

Memahami permasalahan ini, Danone-AQUA berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Plustik (PT Oriplast), menghadirkan inovasi baru solusi daur ulang plastik non ekonomis, sekaligus dukung upaya konservasi air berupa Sumur Resapan Bijak Berplastik sistem bongkar pasang (knock down). 

Sumur resapan tersebut berfungsi untuk meresapkan air untuk mengembalikan cadangan air tanah, serta mencegah air melaju kencang ke dataran rendah yang berpotensi menjadi penyebab banjir. Sumur resapan bijak berplastik terbuat dari plastik non ekonomis, atau jenis plastik dengan nilai ekonomi rendah (low value), seperti kresek hitam, plastik kemasan berlapis banyak (multilayer), popok (diapers), dan lembar kertas aluminium (alumunium foil).

61 RT Masih Terendam Banjir Hari Ini Imbas Hujan Deras saat Pencoblosan Pilkada

Baca juga: Hati-hati, 6 Permukaan Benda Ini Berisiko Tinggi Tularkan Virus Corona

Keberadaan dan pembangunan sumur resapan sangat penting mengingat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menunjukkan telah terjadi 748 kejadian banjir di Indonesia sejak Januari hingga September 2020. 

6 Cara Menjaga Kesehatan Tubuh di Musim Hujan, Dijamin Mudah Dilakukan

Di sisi lain, Indonesia juga sering mengalami kekeringan di musim kemarau yang salah satunya diakibatkan kurangnya infiltrasi air ke dalam tanah. Untuk itu, dibutuhkan pembangunan sumur resapan baik di daerah, hulu, tengah, maupun hilir, yang dapat menampung debit air di saat musim hujan dan meresapkannya kembali sebagai cadangan air tanah. 

Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut adalah, belum terkelolanya sampah dengan baik, salah satunya adalah plastik non ekonomis. 

Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Sceretary Danone Indonesia, mengatakan sumur resapan bijak berplastik ditargetkan mampu meresapkan air sebanyak 16 m3 per hari hujan dan konstruksinya mampu menyerap 150 kg sampah plastik non ekonomis. 

Baca juga: Awas COVID-19, Ini Tempat yang Harus Diwaspadai di Libur Panjang

"Bentuk knock down merupakan perbaikan dari sumur resapan konvensional, supaya mampu meresapkan air lebih banyak dengan konstruksi yang lebih kuat dan tahan lama, serta membuat proses pembuatan dan pemasangannya menjadi lebih praktis sehingga memudahkan proses mobilisasi," ujarnya saat webinar Peluncuran Sumur Resapan Bijak Berplastik Danone-AQUA, Kamis 22 Oktober 2020. 

Vera menambahkan, proses pembuatan sumur resapan ini juga sudah dikembangkan sedemikian rupa dan telah diuji secara fisik, mikroplastik, maupun material, melalui laboratorium tersertifikasi untuk memastikan bahwa seluruh bahan yang digunakan tidak memberikan dampak kepada lingkungan ataupun air yang diresapkan. 

"Untuk itu, inovasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan solusi dan menjawab beberapa tantangan sekaligus, yaitu isu pengelolaan plastik non ekonomis dan upaya menampung cadangan air tanah serta mengurangi risiko banjir," kata dia. 

Sementara itu, Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi, Rektor IPB, mengatakan sumur resapan bijak berplastik merupakan produk inovatif yang perlu diketahui oleh semua pihak. 

"Bentuk-bentuk kolaborasi lintas sektor untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang bisa menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu sampah kemasan plastik non ekonomis dan juga mengurangi banjir ini perlu terus didorong," tuturnya. 

"Pemerintah, baik pusat maupun daerah perlu mengetahui dan mengaplikasikan secara luas di kawasan pemukiman masyarakat maupun di daerah hulu sungai. Diharapkan, inovasi ini dapat mengurangi risiko banjir yang selama ini selalu menjadi ancaman di saat musim hujan tiba,” ujar Arif Satria.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya