Teater Srintil Buat Trie Utami Perankan 7 Karakter
- Ist
VIVA – Berbagai kegiatan kini mulai kembali dilakukan di rumah mengingat pandemi COVID-19 yang masih terus mengancam keselamatan masyarakat. Termasuk salah satunya menyaksikan pementasan teater.
Salah satunya, lakon pementasan yang diadakan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dalam program #NontonTeaterDiRumahAja. Akhir pekan ini, para penikmat seni akan disuguhkan lakon berjudul Srintil (Tembang Duka Seorang Ronggeng) yang akan ditayangkan pada 19 dan 20 September pukul 15.00 WIB di website www.indonesiakaya.com serta kanal Youtube IndonesiaKaya.
Lakon yang merupakan hasil produksi dari ArtSwara ini merupakan rekaman pementasan yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 April 2019, di Teater Salihara, Jakarta. Naskah pertunjukan itu ditulis oleh Sitok Srengenge yang mengadaptasi novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
“Saya tertarik mengangkat tentang ronggeng ini ke atas panggung karena pandangan publik tentang ronggeng ini cenderung hanya melihat sisi negatifnya, padahal kita bisa menggali kompleksitas perempuan yang terkandung di dalamnya. Melalui lakon ini, kami ingin menghadirkan sudut pandang berbeda dari sosok ronggeng,” ujar Maera yang berperan sebagai eksekutif produser untuk pementasan ini, dalam keterangan yang diterima VIVA, Jumat,18 September 2020.
Baca juga: Rumah Kenangan: Kisah 6 Manusia Diikat dengan Persaudaraan?
Lakon itu sendiri berkisah tentang Srintil yang berumur 11 tahun dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi Pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil, dan bersahaja itu, ronggeng adalah sebuah perlambang. Tanpanya dukuh itu merasa kehilangan jati diri.
Meski masih kecil, Srintil segera menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Parasnya yang cantik dan menggoda membuat semua orang ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari masyarakat biasa hingga pejabat-pejabat desa maupun kabupaten.
Tetapi, malapetaka politik di tahun 1965 membawa nasib buruk ke pedukuhan kecil itu. Ronggeng beserta para penabuh calung ditahan hinggabdukuhan dibakar. Tetapi, karena kecantikannya Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa di penjara itu.
Pengalaman pahit sebagai tahanan politik akhirnya membuat Srintil sadar akan hakikatnya sebagai manusia. Karena itu setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin lagi melayani lelaki manapun. Ia ingin menjadi somahan.
Akhirnya, ketika seorang lelaki bernama Bajus muncul dalam hidupnya, sepercik harapan timbul, makin lama makin memuncak. Tapi, sayangnya Srintil harus kembali menghelah nafas. Kali ini bahkan membuat jiwanya hancur berantakan.
“Lakon ini dipentaskan dengan konsep monolog musikal dengan menampilkan fase-fase penting dalam hidup Srintil dengan luka batin yang dialaminya. Tokoh Srintil menyoroti bagaimana perempuan masih sering terpinggirkan, padahal setiap perempuan harus dihormati, dan dihargai, apapun profesinya. Begitu juga dengan ronggeng yang mengajarkan tentang keterbukaan pikiran. Ia merupakan bentuk seni yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan konstruksi sosial dalam tradisi Banyumas,” ujar Iswadi Pratama yang berperan sebagai sutradara dalam lakon ini.
Dalam pementasan Srintil ini Dian HP ditunjuk sebagai produser. Serta, yang menarik penyanyi Trie Utami yang memainkan 7 karakter, yakni tokoh utama Srintil kecil, remaja dan tua, kemudian bapak Srintil (Santayib), ibu Srintil, kakek Srintil, dan pacar Srintil (Rasus). Penampilan apik Trie Utami ini didukung dengan koreografi yang dikonsep oleh Eko Supriyanto.
“#NontonTeaterDiRumah kali ini menampilkan budaya ronggeng yang dikenal oleh masyarakat Banyumas, Jawa Tengah dan dikemas dalam sebuah pementasan apik yang memadukan seni peran, seni tari, dan seni suara yang diperankan satu orang. Lakon ini menampilkan kesenian Ronggeng yang dibawakan dengan baik oleh Trie Utami sebagai budaya daerah di nusantara. Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.