Akhirnya, Permasalahan Sampah Sudah Ada Solusinya

Ilustrasi truk sampah.
Sumber :
  • ANTARA/Risky Andrianto

VIVA – Ketua Badan Eksekutif Gerakan Ciliwung Bersih (GCB), Peni Susanti, menuturkan kapasitas Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) di sejumlah wilayah semakin kritis. 

Inisiatif Pengelolaan Sampah Puntung Rokok yang Menginspirasi

Bahkan sejumlah TPA mengalami bencana, seperti longsor yang terjadi di TPA Cipeuncang, Tangerang Selatan pada awal 2020, dan kebakaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo pada akhir 2019. 

"Keberadaan TPS-3R dan Bank Sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Bahkan tidak jarang, sampah dibuang ke sungai atau kali sehingga menimbulkan pencemaran terutama di sektor hilir," ujarnya saat konferensi pers virtual Safari TOSS “Journey to The East” (JTE), yang diinisiasi oleh GCB dan Comestoarra.com, Selasa 1 September 2020. 

Menteri Lingkungan Hidup Ajak Pemerintah Daerah Tuntaskan Permasalahan Sampah

Baca juga: Bukan Cuma Tertular, Ini Risiko Jika Jemput Paksa Jenazah COVID-19

Menurut Peni, perlu ada sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. 

Mantan Kadis LH Tangerang Jadi Tersangka Pencemaran Lingkungan, Pj Walkot: Jalankan Sanksi Administratif

"Oleh karena itu, GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerja sama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja," tutur dia. 

TOSS sendiri merupakan metode pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber berbasis komunitas, di mana merubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah berlangsung. Melalui metode peuyeumisasi (biodrying), bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari (tergantung material sampah). 

Baca juga: 5 Ikan Cupang Termahal di Dunia, Harganya Bikin Melongo

Menurut penggagas TOSS dan juga Komisaris Utama Comestoarra.com, Supriadi Legino, perubahan paradigma pemilahan sampah tersebut dilakukan dengan cara memasukkan seluruh sampah ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg – 1 ton. 

Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu. 

"Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya," kata dia. 

Supriadi menambahkan, TOSS dengan metode peuyeumisasi adalah konsep yang terinspirasi dari alam. Pemilihan material bambu yang identik dengan masyarakat Indonesia, ukuran box peuyeum yang agronomis, serta penggunaan bioaktivator yang memanfaatkan bakteri untuk mengolah sampah, merupakan suatu proses yang terinspirasi dari alam.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya