Menyayat Hati, Sejarah Lomba Panjat Pinang 17an
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Perayaan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus selalu dirayakan meriah oleh masyarakat Tanah Air. Berbagai kegiatan untuk memeriahkan HUT RI beragam salah satunya adalah penyelenggaraan berbagai lomba, sebut saja lomba panjat pinang.
Lomba panjat pinang selalu hadir di sejumlah tempat di Tanah Air untuk menyemarakkan perayaan 17 Agustus-an.
Lomba yang biasanya dilakukan secara berkelompok ini harus berjuang menuju ujung pohon pinang yang telah dilumuri minyak atau oli untuk mendapatkan sejumlah hadiah.
Beragam hadiah menarik seperti televisi, sepeda, hingga alat kebutuhan rumah tangga lainnya selalu menarik minat para peserta. Namun siapa sangka, dibalik keseruan lomba panjat pinang, ternyata ada sejarah kelam bagi masyarakat Indonesia.
Baca juga: Ini Tarif Manggung Penyanyi Top Wanita, Agnez Mo hingga Ayu Ting Ting
Dilansir dari berbagai sumber, lomba panjat pinang sendiri sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang disebut "De Klimmast" atau memanjat tiang.
Pada masa itu panjat pinang diadakan setiap tanggal 31 Agustus untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina dan tahun baru.
Tidak hanya itu saja, lomba panjat pinang ini diadakan oleh orang Belanda jika sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan dan lain-lain.
Hadiah yang diperebutkan biasanya berupa bahan makanan, seperti keju, gula, serta pakaian, sebab di kalangan pribumi barang tersebut termasuk mewah yang sulit untuk didapatkan masyarakat pribumi kala itu. Maka tidak heran jika masyarakat pribumi akan berlomba-lomba untuk mengambil hadiah itu.
Baca juga: Hubungan dengan Aurel Disebut Settingan, Ini Kata Atta Halilintar
Kala itu, para penjajah memasang batang pohon pinang yang telah dilumuri minyak atau oli di sebuah tanah lapang untuk dipanjat masyarakat pribumi.
Saat bersusah payah memanjat pohon pinang, untuk mengambil hadiah, para orang Belanda menontonnya sambil tertawa.
Tidak heran jika, banyak masyarakat yang menentang adanya perlombaan panjat pinang. Hal ini lantaran adanya kenangan buruk di masa lalu yang diterima masyarakat Indonesia kala itu.
Meski begitu, sejumlah masyarakat masih ada yang melakukan kegiatan ini lantaran sebagian masyarakat menilai bahwa ada nilai luhur yang terdapat dalam lomba panjat pinang ini mulai dari kerja keras, pantang menyerah hingga kerja sama.