4 Alasan Mengejutkan Mengapa Orang Baik Sering Menderita

Ilustrasi wanita menangis.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Gagasan tentang orang baik lebih sering melewati masa-masa sulit, tidak hanya dipertanyakan satu dua orang saja. Ada jutaan orang yang bertanya ke Google, dengan harapan akan mendapatkan jawaban yang mereka inginkan.

China Cuan Besar dari Nikel RI, Faisal Basri: Rakyat Sulawesi Menderita Kena ISPA

Meski ini adalah pertanyaan sulit, berikut beberapa sudut pandang dari filsuf dan psikolog terkemuka, mengenai alasan mengapa orang baik menderita, dilansir dari Your Tango, Senin, 10 Agustus 2020.

Orang baik menderita karena ketidaksetaraan

Lee Sun Kyun dan Keluarga Disebut Menderita Usai Tersandung Kasus Narkoba

Psikolog Jay Watts mengatakan, alasan menderita bukan karena seseorang baik atau buruk, tetapi karena posisinya berada di bawah.

"Apakah penyakit mental itu nyata? Kemiskinan, ketidaksetaraan relatif tunduk pada rasisme, seksisme, pengungsian dan budaya kompetitif. Semuanya meningkatkan kemungkinan penderitaan mental," ujarnya.

Kampanye di Lombok, Anies: Keluarga Kita Sudah Terlalu Lama Menderita

Jadi, penderitaan bukanlah masalah moralitas, tetapi masalah hak istimewa. Beberapa orang (tidak semua) dapat lolos dari penderitaan tingkat yang lebih berat jika mereka dilindungi dari seksisme, rasisme dan klasisme.

Orang baik menderita karena hidup ini sulit

Ternyata, kita mengalami trauma saat dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kuat antara trauma mental dan efek kesehatan fisik. Studi Adverse Childhood Experiences menunjukkan bahwa trauma masa kanak-kanak dan pengabaian sebenarnya muncul dari peradangan kronis dan respons imun yang terganggu di dalam tubuh.

Jadi, trauma yang kita hadapi dapat menentukan secara fisik bagaimana tubuh kita melawannya. Tetapi, trauma yang terwujud secara fisik dalam tubuh, bukanlah sesuatu yang bisa kita atasi begitu saja. Demikian menurut pakar kesehatan.

Orang baik menderita karena rasa sakit tidak memihak

Faktanya, beberapa orang berpendapat bahwa semua tempat adalah penderitaan. Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika tidak ada yang lahir sama sekali. Filsuf David Benatar menggambarkan pandangan dunia ini sebagai antinatalis.

Dalam bukunya, Better Never to Have Been: The Harm of Coming into Existence, ia menyatakan, bereproduksi pada dasarnya kejam dan tidak bertanggung jawab. Dan kita harus berhenti memiliki anak karena rasa belas kasihan terhadap mereka.

Orang baik menderita karena semua orang menderita

Penderitaan tidak disembuhkan oleh moralitas, tetapi dengan kepedulian kita sendiri. Artinya, tidak semua keberadaan manusia itu mengerikan.

What We Owe to Each Other? adalah buku yang ditulis oleh tim Scanlon. Ia mengemukakan istilah kontraktualisme sebagai, "bertindak secara moral berarti mematuhi prinsip-prinsip yang tidak dapat ditolak oleh siapa pun." The Good Place dan Scanlan berpendapat bahwa masyarakat yang adil lahir dari akal sehat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya