Kecoak Raksasa dari Laut Dalam Jawa Adalah Spesies Isopoda

Penampakan 'Kecoak Raksasa' pertama dari dasar Selat Sunda.
Sumber :
  • Dok. LIPI

VIVA – Kecoak menjadi salah satu binatang yang paling dibenci hampir seluruh masyarakat. Apalagi kalau kecoak itu tiba-tiba terbang tentu otomatis kamu langsung lari terbirit-birit.

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Tapi apa jadinya jika kamu menemukan kecoak dalam ukuran tidak biasa? Peneliti Singapura menemukan isopoda raksasa yang mereka identifikasi sebagai kecoak laut dalam. 

2018 lalu, 31 peneliti dari Museum Sejarah Alam Lee Kong Chian dan Laboratorium Kelautan Pulau St. John melakukan ekspedisi selama 14 hari untuk mensurvei Laut Dalam Jawa Selatan yang belum dipetakan. Ekspedisi ini juga melibatkan para peneliti dari Museum, Institut Ilmu Kelautan Tropis NUS, dan Pusat Penelitian Oseanografi (RCO) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini sukses.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Baca Juga: 4 Artis Ini Pernah Terlibat Kasus Narkoba Sama Seperti CW

Para peneliti berhasil mengidentifikasi lebih dari 12 spesies baru di lebih dari 12.000 spesimen yang ditemukan. Pada tahun 2020, tim mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengidentifikasi spesies baru dari ekspedisi. Spesies ini adalah kecoak laut dalam atau dikenal sebagai Darth Vader Isopod.

Peneliti Ungkap Tantangan dan Peluang Besar Transformasi Sistem Pangan Berkelanjutan di Indonesia

Dalam sebuah artikel penelitian ZooKeys, isopoda raksasa biasanya ditemukan di Atlantik, Pasifik, dan Samudra Hindia.  Sementara isopoda raksasa biasanya dapat tumbuh hingga 33cm, sedangkan raksasa Bathynomus digolongkan sebagai supergiant dan dapat tumbuh hingga 50cm.

Menurut Andrew Parker, seorang peneliti dari Departemen Zoologi di Universitas Oxford, semakin dalamnya air, maka semakin sedikit jumlah spesies yang ditemukan, dan semakin cenderung spesies yang besar.

Isopoda raksasa bisa hidup selama lima tahun tanpa makanan karena makanan langka di laut dalam. Ketika ada sumber makanan yang signifikan, mereka menenggelamkan diri sampai lokomotif mereka terganggu.

Prof. Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp. D.V.E., Subsp. D.K.E., FINSDV, FA

Hari Ibu: Peneliti Wanita Indonesia Jadi Dokter Pertama Raih NAOS Ecobiology International Award di Prancis

Indonesia diwakili oleh Prof. Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp. D.V.E., Subsp. D.K.E., FINSDV, FAADV. Dia terpilih sebagai pemenang penerima penghargaan NAOS.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024