Survei: Milenial Makin Kepincut Layanan Asuransi Syariah

Ilustrasi Milenial.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Prudential Indonesia mengadakan survei yang melibatkan 5.000 responden di 20 kota besar di Indonesia, dan berasal dari keluarga kelas menengah ke atas yang berusia 25 sampai 50 tahun. Survei yang digelar awal tahun ini salah satunya terkait asuransi jiwa syariah.

Mengenal Money Dysmorphia yang Bikin Milenial dan Gen Z Selalu Cemas soal Uang

Hasil dari survei itu mengungkapkan, pemahaman masyarakat Indonesia terhadap asuransi jiwa syariah berada di level 39 persen saat ini. Angka itu meningkat sebesar 8 persen dari periode riset sebelumnya di 2016.

Dengan meningkatnya literasi produk syariah, minat masyarakat Indonesia untuk membeli produk asuransi jiwa syariah di masa mendatang juga diproyeksi meningkat menjadi 58 persen. Optimisme pertumbuhan industri itu naik 18 persen dari periode riset sebelumnya.

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

Hasil riset tersebut pun menjabarkan, hampir separuh dari peminat produk asuransi jiwa syariah berasal dari generasi milenial (usia 25 hingga 34 tahun). Indonesia juga memiliki potensi bisnis baru asuransi jiwa syariah untuk tiga tahun ke depan senilai Rp9,6 triliun, di mana 19 persen nya berasal dari konsumen non Muslim.

President Director Prudential Indonesia Jens Reisch mengukapkan, manfaat asuransi kesehatan akan terus menjadi primadona bagi industri asuransi jiwa syariah di Indonesia. Lalu, diikuti dengan manfaat asuransi kecelakaan diri dan pendidikan.

Resmi Jadi Bank Kustodian Syariah, Muamalat Dorong Pengembangan Efek Syariah Dalam Negeri

“Hasil survei tersebut semakin menambah keyakinan kami akan potensi yang dimiliki Indonesia untuk produk asuransi jiwa syariah," ujar Jens dikutip dari keterangannya, Kamis 21 Mei 2020.

Tanda-tanda bakal terus meningkatnya kinerja asuransi syariah lanjutnya pun terlihat dari kinerja Prudential. Unit syariah perseroan tercatat sehat di sepanjang 2019 dengan pendapatan kontribusi bruto sebesar Rp3,7 triliun, tertinggi di tingkat industri nasional.

Unit syariah Prudential Indonesia juga mampu mempertahankan total aset yang stabil sebesar Rp9,1 triliun. Selain itu, Dana tabaru tercatat meningkat dari Rp770 miliar di 2018 menjadi Rp887 miliar di 2019, dengan pertumbuhan mencapai 15 persen.

Perusahaan juga tetap mempertahankan tingkat solvabilitas (Risk Based Capital) yang kuat dengan mencatatkan tingkat solvabilitas dari dana tabaru sebesar 2.581 persen. Capaian itu lebih dari 20 kali lipat dari batas minimum yang ditetapkan regulator.

Tingkat solvabilitas dari dana perusahaan juga tercatat sebesar 7.300 persen, atau lebih dari 60 kali lipat dari batas minimum yang ditetapkan regulator.

"Hasil positif ini berhasil kami capai berkat kepercayaan nasabah yang terus meningkat dalam 13 tahun terakhir. Serta berkat kerja keras para tenaga pemasar berlisensi syariah Prudential Indonesia yang berjumlah lebih dari 114.000 orang, terbesar di industri," tambahnya.

Lebih lanjut dia optimistis, Indonesia berpotensi untuk menjadi pemimpin ekonomi syariah global, dengan jumlah populasi Muslim yang merupakan salah satu terbesar di dunia. Keuntungan itu pun didukung oleh kesamaan beberapa nilai syariah dengan nilai kehidupan budaya masyarakat.

"Ke depannya, kami akan terus menambah jumlah tenaga pemasar, menambah kemitraan, baik dengan bank maupun non-bank, membangun kemitraan untuk mengembangkan layanan digital syariah, serta mempromosikan unit syariah," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar, mengungkapkan, didukung dengan jumlah populasi Muslim yang mencapai lebih dari 87 persen, ekonomi berbasis syariah dapat membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa depan.

Apalagi, sistem dan value dari ekonomi  dan keuangan syariah dan juga sangat memperhatikan ketahanan ekonomi dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

"Dengan terus mempromosikan pembagian risiko (risk sharing) dan integrasi antara keuangan komersial dan sosial, maka kehadiran ekonomi dan keuangan syariah menjadi sesuatu yang sangat penting dalam memastikan ketahanan ekonomi dan inklusi, terutama di masa pandemi ini,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya