Ngeri, Video Buaya Dibunuh Secara Keji untuk Dibuat Tas Mewah

Buaya dikuliti untuk pembuatan tas mewah.
Sumber :
  • healthyfoodhouse.com

VIVA – Kulit buaya diketahui dapat dibuat menjadi berbagai aksesori, mulai dari tas, sepatu, dompet, hingga ikat pinggang. Diketahui, barang-barang fesyen yang terbuat dari kulit buaya memiliki harga yang fantastis. Enggak heran kalau tas dari kulit buaya diburu oleh para kolektornya.

Siap-siap Berburu Koleksi Jam Tangan Ikonik dan Tas Mewah di Jakarta Watch Exchange

Tapi, jika Kamu punya hati nurani, alangkah baiknya untuk tidak mengoleksi barang atau produk yang terbuat dari hewan. Karena untuk mendapatkan kulitnya, hewan-hewan tersebut disiksa dan dibunuh secara keji.

Ya, sebuah video direkam di sebuah peternakan reptil di Vietnam. Video tersebut memperlihatkan buaya-buaya sengaja dibesarkan hanya untuk dibunuh dan diambil kulitnya untuk membuat tas kulit bermerek mewah.

Penampakan Tas Mewah Anak-Istri Pejabat di Istana Negara, Ada yang Harganya Rp500 Juta

Video ini diambil oleh aktivis dan organisasi hak hewan PETA, yang sedang melakukan investigasi terhadap merek-merek fesyen ternama.

Menurut pemilik peternakan, dua peternakan di daerah itu memasok kulit reptil untuk didistribusikan ke perusahaan induk Louis Vuitton, LVMH dan beberapa merek besar lainnya.

Sidang Harvey Moeis, Hakim Cecar Sandra Dewi soal Kepemilikan 88 Tas Mewah

Buaya-buaya malang tersebut awalnya disetrum untuk memudahkan para pekerja menangkapnya dan memindahkan ke peternakan. Kemudian, reptil tersebut dibesarkan di peternakan dengan dinding beton dan air tanah hingga 15 bulan, sebelum akhirnya disembelih.

Setelah 15 bulan, tiba saatnya para pekerja membunuh buaya-buaya itu dengan cara memotong leher dan memukul tubuh hingga mereka tidak berdaya. Setelah itu, mereka menguliti buaya-buaya tersebut secara paksa. Bahkan reptil-reptil itu masih terlihat bergerak dan berlumuran darah.

Seorang ahli reptil yang telah menonton video tersebut, turut memberikan pendapatnya.

"Sayatan leher akan sangat menyakitkan dan tidak manusiawi dan tidak ada jaminan hewan-hewan ini akan mati seketika," ujarnya dikutip dari Healthy Food House, Selasa, 25 Februari 2020.

Hingga kini, PETA dan organisasi hak hewan lainnya masih berjuang untuk melawan praktik ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya