Ngeri, Buku Terbitan 1981 Sudah Prediksi Wabah Virus Corona COVID-19
- The New York Times
VIVA – Sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1981 disebut sudah 'meramalkan' wabah pandemi yang sedang dihadapi dunia pada tahun 2020 ini, yaitu virus corona COVID-19.
Dilansir Wolrd of Buzz, SCMP baru-baru ini mengunggah sebuah artikel tentang isi sebuah buku yang berjudul The Eyes of Darkness, yang membahas tentang laboratorium militer China yang menciptakan virus sebagai bagian dari program senjata biologisnya.
Bagian menakutkan dari isi buku ini adalah bahwa virus itu bernama Wuhan-400, yang merujuk pada COVID-19 yang pertama kali berasal dari Wuhan, China. Mungkinkah buku ini murni kebetulan atau penulisnya benar-benar telah meramalkan virus mematikan tersebut, 39 tahun yang lalu?
Penulis buku ini yang berasal dari Amerika Serikat, Dean Koontz, menulis tentang seorang ibu, Christina Evans, yang melakukan perjalanan untuk mengetahui apakah putranya, Danny, masih hidup atau sudah meninggal saat melakukan perjalanan untuk berkemah.
Ia kemudian berhasil melacaknya ke fasilitas militer, ternyata anaknya tersebut ditahan setelah dia secara tidak sengaja terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian di Wuhan, China. Kutipan dalam buku tersebut, menunjukkan percakapan antara Christina dengan seorang pria di lab, tempat putranya ditahan.
"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau moralitas perang biologis. Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana Danny bisa berada di tempat ini," kata Tina.
"Untuk memahami itu, Anda harus kembali ke dua puluh bulan sebelumnya. Saat itulah seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke Amerika Serikat, membawa rekaman disket tentang senjata biologis baru paling penting dan berbahaya dari Tiongkok pada dekade terakhir.
Mereka menyebut barang-barang itu 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan 400 yang dibuat di pusat penelitian," kata Danny.
Pusat penelitian yang dibahas pada buku ini bisa merujuk ke Institut Virologi Wuhan, yang merupakan satu-satunya laboratorium biosafety level empat China. Pusat penelitian ini memiliki klasifikasi laboratorium tingkat tertinggi yang mempelajari virus paling mematikan dan terletak 32 km dari tempat COVID-19 saat ini.
Kutipan lebih lanjut dari buku ini mengungkapkan virus sebagai 'senjata sempurna' karena tidak dapat bertahan di luar tubuh manusia lebih dari satu menit.
"Wuhan-400 adalah senjata yang sempurna. Itu hanya menimpa manusia. Tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Dan seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia yang hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti halnya antraks dan mikroorganisme ganas lainnya."
"Dan ketika tuan rumah kedaluwarsa, Wuhan-400 dalam dirinya lenyap sesaat kemudian, begitu suhu mayat turun di bawah delapan puluh enam derajat Fahrenheit. Apakah Anda melihat keuntungan dari semua ini?"
Pengacara Albert Wan, yang mengelola toko Bleak House Books di San Po Kong, mengatakan bahwa Wuhan dikenal sebagai tempat berbagai fasilitas penelitian ilmiah.
"Penulis cerdas seperti Koontz akan mengetahui semua ini dan menggunakan sedikit informasi faktual ini untuk menyusun cerita yang meyakinkan dan meresahkan. Karena itu, Wuhan-400," kata Wan.
Dean Koontz, bukan satu-satunya penulis yang memprediksi wabah COVID-19. Penulis Amerika, Sylvia Browne, juga menerbitkan sebuah buku pada 2008, berjudul End of Days: Predictions and Prophecies About the End of the World.
Buku tersebut menulis tentang penyakit pernapasan yang akan menyebar ke seluruh dunia, dan bahkan menyebutkan tahun 2020.
"Pada sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang diketahui. Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah fakta bahwa penyakit itu akan tiba-tiba menghilang begitu saja, menyerang lagi sepuluh tahun kemudian, dan kemudian menghilang sepenuhnya."