Miss Myanmar Swe Zin Htet Bikin Gebrakan, Akui Penyuka Sesama Jenis
- Instagram @missuniversemyanmar
VIVA – Di tahun ke-67, muncul hal mengejutkan di ajang kontes kecantikan sejagad, Miss Universe. Tahun lalu publik sempet dibuat heboh dengan keikutsertaan Miss Spanyol, Angela Ponce yang seorang transgender. Maka tahun 2019 ini, pernyataan berani diungkap oleh Miss Myanmar Swe Zin Htet. Â
Zin Htet menjadi wanita pertama yang come out sebagai penyuka sesama jenis. Meski diakuinya, di negara asalnya, hubungan sesama jenis dianggap ilegal. "Kebanyakan orang di Myanmar enggak bisa menerima hal ini. Tapi tujuan saya untuk membuat mereka menganggap saya dan orang-orang seperti saya, setara," katanya, dikutip dari lama Miss Universe.
Wanita berusia 21 tahun itu sudah bertekad untuk memanfaatkan momen Miss Universe untuk membantu komunitas LGBTQ di negaranya. "Saya terlibat di dalam sebuah platform yang kalau saya mengaku penyuka sesama jenis, akan berpengaruh besar pada komunitas LGBTQ di Myanmar," kata Zin Htet kepada People. Menurut Zin Htet, komunitas LGBTQ belum diterima di Myanmar. Mereka masih dipandang sebelah mata dan kerap mengalami diskriminasi.
Zin Htet come out sebagai penyuka sesama jenis saat interview dengan blog kecantikan, Missosology. "Saya yakin, enggak semua negara memperbolehkan pernikahan sesama jenis. Saya ingin dunia bisa menerima komunitas LGBTQ+ dan hak mereka untuk memilih jalan hidupnya sendiri serta mengejar kebahagiaan," katanya. Di matanya, cinta adalah hal paling kuat, di mana seseorang jatuh cinta karena pribadi, bukan gender.
Kontes Miss Universe sepertinya juga sudah mulai membuka diri terhadap perubahan dan toleransi. Sebelumnya, ajang kecantikan sejagat itu dituding hanya memilih mereka yang kurus dan putih. Tapi tahun ini, mahkota ratu sejagat berhasil diraih oleh Miss Afrika Selatan, Zozibini Tunzi yang berkulit hitam.
Terkait upaya Zin Htet untuk menyuarakan kesetaraan bagi komunitas LGBTQ, ia berharap bisa menyentuh hati orang-orang. Apalagi di negaranya, hukum Myanmar akan menindak warganya yang berbuat di luar kelaziman yang meliputi hubungan sesama jenis. Hal itu berujung pada homophobia dan kekerasan terhadap kelompok LGBTQ di sana. Â
Â