Kisah Inspiratif Aal, Olah Sampah Organik Jadi Uang Ratusan Juta
- Viva.co.id/Bimo Aria
VIVA – Hingga kini sampah masih menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia.  Berdasarkan data penelitian dari Sustainable Waste Indonesia pada tahun 2018, 15 juta ton dari 65 juta ton sampah yang dihasilkan di tanah air setiap tahunnya, tidak dikelola dengan baik sehingga mencemari ekosistem dan lingkungan.
 Â
Jika bagi sebagian besar orang sampah merupakan suatu yang tidak bernilai, di tangan Abu Muslim Aljauhari atau yang akrab disapa Aal, pendiri Nyampah Corporation, hal itu bisa menjadi pundi-pundi rupiah. Dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA, Aal memulai perusahaan sosial ini dengan sekitar uang Rp1 juta dari tabungan pribadinya untuk mulai mengembangbiakka larva Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sampah organik.Â
"Dalam pengolahan limbah organik, larva BSF berperan sebagai pengurai yang mengonsumsi sampah organik, sehingga dalam sepuluh hari, volume limbah akan berkurang hingga 80 persen," jelas mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)
 Dengan teknik Zero Waste, Nyampah Corp menggunakan 20 persen residu sampah tersebut sebagai pupuk organik, sedangkan larva BSF kemudian dipanen sebagai makanan kaya protein namun murah bagi pakan ternak. Kemudian ia menghasilkan lebih banyak dana dengan membawa inisiatif ini ke berbagai kompetisi kewirausahaan.Â
Kegigihan ini telah mengantarkan Aal ke berbagai prestasi, termasuk dari program YSE, Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) 2018, ITS Youth Technopreneur 2018, dan Inkubator ITS 2019. Sekarang, Nyampah Corporation telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk melindungi lingkungan dengan mengurangi ratusan kilogram sampah organik setiap harinya di Surabaya dan Malang.
Oktober lalu, Aal juga membawa Nyampah Corporation ke program tingkat internasional berdurasi delapan bulan yang diselenggarakan untuk kewirausahaan sosial, yaitu program Young Social Entrepreneurs (YSE) 2019. Ia berhasil menjadi salah satu pemenang pendanaan sebesar S$20.000 atau sekitar Rp200 juta.Â
Kemenangan tersebut diraih setelah tim bisnis sosial milik Aal mengikuti Pitching for Change, salah satu sesi penting di program YSE di Singapura. Sebelum ini, Nyampah Corporation, bersama dengan 14 tim dari negara lain, menjalani skema bimbingan (mentorship) untuk meningkatkan ide bisnis sosial mereka serta kunjungan studi ke Shanghai, Tiongkok untuk pembelajaran lintas budaya.
Tidak mudah bagi Nyampah Corporation untuk sampai ke tahap finalis YSE 2019 karena harus bersaing dengan 14 perusahaan sosial yang menginspirasi lainnya dari Bangladesh, Kamboja, India, Malaysia, Selandia Baru, Pakistan, Singapura, dan Thailand.
"Kami berterima kasih dan merasa terhormat dapat membawa kemenangan bagi Indonesia dalam program kewirausahaan sosial tingkat internasional seperti YSE 2019," kata Aal.Â
"Program ini tidak hanya memungkinkan kami untuk membuat dampak yang lebih kuat dan lebih luas bagi lingkungan Indonesia, tetapi juga memberikan kesempatan untuk membangun hubungan yang baik dan menginspirasi anak muda pembawa perubahan di negara-negara lain."
Â