Franka Franklin Mendongeng, Kisahkan Si Kancil Bukan Anak Nakal
- VIVA/Bimo Aria
VIVA – Kisah Si Kancil Anak Nakal tentu bukanlah cerita yang asing bagi banyak anak-anak. Selama berpuluh-puluh tahun, diceritakan kalau Kancil merupakan sosok yang cerdik namun nakal.
Menariknya, dongeng yang terus diceritakan secara turun menurun itu diubah oleh Franka Franklin, istri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Saat Hari Mendongeng Nasional di Perpustakaan Kemendikbud, Senayan, Jakarta, baru-baru ini, Franka mengawali dongengnya dengan terlebih dulu bertanya kepada anak-anak tentang karakter Si Kancil yang mereka ketahui. Sontak semua anak menjawab, bahwa Si Kancil adalah anak yang nakal.
Franka kemudian mengatakan, bahwa karakter si Kancil yang sebenarnya bukanlah demikian. Kancil sesungguhnya adalah hewan yang baik dan suka menolong.
Ia memulai dengan menceritakan bahwa kisah itu bermula saat Si Kancil yang tinggal sendiri di hutan tanpa teman. Meski banyak ketimun dan sering makan di hutan, Kancil yang seorang diri merasa kesepian. Ia lalu berinisiatif mengundang teman-temannya untuk makan ketimun bersama.
Kancil lalu bernyanyi, tak lama suaranya terdengar oleh sekawanan gajah, tikus, kambing, dan kerbau. Kedatangan mereka ditandai dengan tanah yang bergetar dan pohon yang bergoyang. Lalu mereka menyantap ketimun bersama-sama dengan lahap.
Karena ketimun masih banyak, esok harinya Kancil membawa ketimun dan bergegas pergi untuk membaginya ke teman-temannya. Namun dalam perjalanannya keluar hutan, Kancil dikagetkan dengan sebuah perkampungan penduduk yang kering dan gersang. Akhirnya karena kasihan, si Kancil memberikan ketimun tersebut kepada anak-anak di kampung tersebut.
Mendengar kisah itu anak-anak pun antusias mendengar Franka bercerita. Semua hening mengikuti jalan cerita yang dituturkan istri Mendikbud tersebut.
Kisah berlanjut, Kancil kemudian berinisiatif mengajak penduduk di perkampungan tersebut ke rumahnya di hutan timur. Sesampai di rumahnya, Kancil mengajari mereka cara menanam ketimun. Begitu selesai, orang-orang di perkampungan tersebut langsung mempraktikkan ilmu menanam ketimun dari sang Kancil.
Kancil kemudian berpesan kepada mereka dengan mengatakan bahwa sesuatu yang baik harus di bagi. Akhirnya, mereka mendengarkan dan tak lama tanah mereka hijau dan ditumbuhi ketimun yang segar.
Hingga suatu hari, Kancil mengunjungi tempat mereka lagi. Ia terkejut masih ada sebidang tanah yang masih gersang. Setelah ia periksa, ternyata ada sumber air di desa itu dipagari oleh beberapa orang yang tak ingin berbagi.
Kancil lalu sedih, dan ia kemudian mencoba membongkar pagar itu. Saat asik membongkar, Kancil didapati oleh empunya. Akhirnya si kancil di tangkap dan dikurung ke dalam kandang. Kancil pun sedih. Orang-orang sudah lupa bahwa si kancillah yang pertama kali membantu mereka.
Di dalam kurungan, si Kancil kemudian bernyanyi. Suaranya terdengar oleh teman-temannya. Sekawanan gajah, tikus, kambing, dan kerbau berdatangan ke arahnya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sampai-sampai banjir dan menjadi sungai.
Saat itu juga si Kancil yang terperangkap melompat dari kurungan dan akhirnya bebas. Akhirnya, pemukiman penduduk itu sekarang memiliki sungai. Namun sayangnya, penduduk lupa dan tidak ingat bahwa yang pertama kali membantu mereka adalah si Kancil.
Usai mendengarkan dongeng, anak-anak jadi mengerti bahwa ternyata si Kancil adalah hewan yang baik dan suka berbagi.
"Jadi begitu cerita sebenarnya. Si Kancil bukan anak yang nakal. Tapi dia adalah anak yang baik karena suka berbagi," ujar Franka Franklin disambut tepuk tangan anak-anak.
Sebelumnya Menteri Nadiem sendiri mengajak para orang tua meluangkan waktu membacakan dongeng kepada anak. Hal tersebut perlu dilakukan karena melalui mendongeng dapat menciptakan semangat membaca dan bercerita bagi anak-anak. Selain itu, kisah yang dibangun dalam cerita dongeng juga dapat menciptakan imajinasi dan melatih kreativitas anak.